Seorang warga negara China akhirnya bermigrasi ke Amerika Serikat. Semula pria bernama Veng Lim Yeung tersebut tinggal di Kamboja dan dia dibayar oleh pejabat perlindungan satwa AS untuk memata-matai beberapa pejabat setempat.
Pejabat AS membantunya melarikan diri dari Kamboja. Dia kini mendapat pekerjaan dan rumah di Amerika. Sebagai spion, dia berkontribusi atas penuntutan tingkat tinggi terhadap seorang pejabat pemerintah Kamboja yang dituduh mengimpor kera ekor panjang secara ilegal ke Amerika. Namun, pejabat itu dinyatakan tidak terbukti berbuat kejahatan dan telah dibebaskan dari tuduhan.
The San Joaquin Valley Sun melansir bahwa aksi mata-mata tersebut sekaligus mengungkap tingkat aktivitas yang terlalu jauh dan meresahkan di dalam Dinas Perikanan dan Margasatwa AS – yaitu operasi spionase ilegal di Kamboja yang tadinya merupakan negara sahabat.
Dokumen pengadilan AS juga mengungkapkan bahwa pemerintah federal AS membayar seorang warga negara China lebih dari US$200 ribu untuk bertindak sebagai informan dalam sebuah kasus yang pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa. Pejabat AS disebut-sebut turun tangan membantu memindahkan keluarganya ke Amerika.
Kisah ini berawal dari Masphal Kry ditangkap oleh pejabat federal di Bandara Internasional John F. Kennedy di New York pada November 2022 atas tuduhan menyelundupkan ratusan monyet senilai lebih dari US$660 ribu (Rp10,5 miliar) ke AS pada tahun 2018. Berita penangkapan tersebut seketika itu menghiasi laman NY Times dan The Guardian.
Kry menjabat wakil direktur Departemen Margasatwa dan Keanekaragaman Hayati Administrasi Kehutanan Kamboja.
Kera ekor panjang, sejenis monyet dunia kuno asli Asia, digunakan dalam penelitian medis di AS. Satwa ini dilindungi berdasarkan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES) dan memerlukan izin khusus untuk mengimpornya. Hanya kera ekor panjang hasil penangkaran yang boleh diperdagangkan secara legal.
Kasus Kry, yang disebut “Operasi Long Tail Liberation” oleh Dinas Perikanan dan Margasatwa AS, mirisnya mengungkapkan bagaimana dana pajak warga Amerika dibelanjakan dalam kasus gagal tersebut.
Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa Veng, seorang warga negara China, menghubungi kelompok aktivis hak-hak binatang Cruelty Free International dan minta bayaran. Kelompok tersebut – melalui Direktur Proyek Khususnya Sarah Kite – kemudian mendekati Dinas Perikanan dan Margasatwa AS, yang akhirnya mengarah pada lembaga tersebut memberi Veng USD$224 ribu (Rp3,5 miliar) untuk menjadi informan bayaran dari tahun 2018-2022.
Sarah Kite adalah seorang penilai di panel sengketa yang berupaya untuk memastikan penetapan spesies terancam punah pada kera ekor panjang.
Veng berada di fasilitas primata di Kamboja ketika dia mendekati kelompok hak hewan tersebut dan menjadi spion Amerika.
Dia bersaksi bahwa dia dibayar oleh Fish and Wildlife Service (Dinas Perikanan dan Margasatwa AS). Yeung mengaku di pengadilan bahwa dia telah mencuri catatan elektronik milik Kamboja untuk diserahkan ke pemerintah AS, memasang program di komputer yang memungkinkan Dinas Perikanan dan Margasatwa AS memantau lewat kamera pengawas di fasilitas primata tanpa izin dari pemerintah Kamboja.
Yeung juga mengaku di pengadilan bahwa dia menyelundupkan ratusan monyet hasil tangkapan liar sambil bertindak sebagai informan.
Setelah dia bekerja untuk AS di Kamboja, pemerintah Amerika membiayai dia dan keluarganya pindah ke AS, membuat rekening bank, dan memberinya identitas baru guna membantunya mendapatkan tempat tinggal karena ia tidak memiliki riwayat kredit. Dinas Perikanan dan Margasatwa AS juga menolongnya mendapatkan pekerjaan.
Pekerjaan Yeung sebagai informan pada akhirnya terbukti sia-sia karena pengadilan memutuskan Kry tidak bersalah, dan membebaskannya pada 25 Maret.
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kamboja mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Dinas Perikanan dan Margasatwa AS salah mengartikan Kry dan pejabat Kamboja lainnya.
Kry yang dikasuskan AS sebagai tersangka penyelundup monyet adalah 'serangan terhadap Kamboja,' klaim pengacaranya disitir Radio Free Asia.
“Tuduhan tidak pada tempatnya ini didasarkan pada bukti yang diperoleh melalui investigasi yang tidak tepat, disembunyikan dari pihak berwenang Kamboja, dan bertentangan dengan praktik normal norma penegakan hukum lintas negara,” kata kementerian tersebut.