China memperketat standar keamanan industri susu formula untuk bayi. Bloomberg melaporkan peraturan standar keamanan tersebut mulai efektif pada 1 Januari lalu, dimana setiap pabrik yang memproduksi susu formula wajib mendaftarkan produknya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan China.
Peraturan tersebut juga menetapkan pabrik susu formula hanya dapat memproduksi tiga merek susu yang berbeda. Aturan lain juga mewajibkan produk harus disertifikasi oleh pemerintah. Bagi susu yang tidak disertifikasi, maka dilarang dijual.
Pemerintah juga memperkuat kontrol kualitas dengan mewajibkan pabrik mengirim sampel ke pihak berwenang seperti Chinese Academy of Inspection and Quarantine. Pabrik kemudian harus menyerahkan laporan inspeksi tersebut ke Food dan Drug Administration. Pemeriksaan langsung ke tempat juga dilakukan secara rutin.
Aturan baru tersebut dikhawatirkan memberatkan industri susu formula merek lokal. Selama ini, susu merek lokal menggunakan bubuk generik yang kemudian menempelkan labelnya.
Di lain pihak, pabrik susu formula multinasional dinilai akan menuai untung. Sebab dengan aturan tersebut, pabrik susu formula asing tercatat memiliki permintaan yang besar karena tingginya kepercayaan konsumen.
Dalam data yang berasal dari Euromonitor Internasional yang dilansir dari Bloomberg, pasar susu internasional masih menguasai China seperti: Royal Friesland Campina, Reckitt Benckiser, Danone dan Nestle.
Saat ini Otoritas Obat dan Makanan China telah menyetujui 940 produk formula bayi dari 129 pabrik yang ada. Sebelum aturan main susu tersebut berlaku, ada lebih dari 2.300 formulasi yang tersedia di toko.
Aturan anyar ini diterapkan setelah belajar dari kasus skandal tahun 2008. Saat itu, susu dan formula mengalami pencemaran melamin dan menewaskan enam bayi serta puluhan anak sakit. Kasus penjualan susu formula anak palsu juga sempat menghebohkan publik China setelah polisi Shanghai pada tahun 2016 menangkap sembilan orang karena memproduksi dan menjual formula palsu dengan merek Similac dan Beingmate.
Bahkan pada November 2017 lalu ditemukan lebih dari 18.000 kaleng susu formula yang telah kadaluarsa dan diproduksi oleh Xinjiang Western Animal Husbandry. Kondisi membuat ibu-ibu di China menjadi paranoid untuk memberikan sesuatu kepada bayi mereka.
Sehingga warga cenderung memilih produk merek asing. Meski harganya lebih mahal, namun produk tersebut dianggap mengandung bahan lebih baik. Selain itu, produk merek luar juga telah melewati pemeriksaan keselamatan yang lebih ketat.
Walhasil saat ini, Nestle, Danone dan Reckitt Benckiser Group Plc masuk ke posisi teratas di pasar senilai US$ 20 miliar menurut Euromonitor International. Zhou Liwen, seorang ibu berusia 34 tahun yang memiliki anak laki-laki berusia 3 tahun, mengatakan tidak pernah mempertimbangkan formula merek lokal. "Keselamatan adalah masalah terbesar," tukas Liwen dikutip Bloomberg.
Perusahaan susu asing lantas memposisikan diri untuk memanfaatkan kondisi tersebut dengan menargetkan orang tua di kota-kota sekunder dan pedesaan di China yang selama ini didominasi merek lokal.
Seperti diketahui rantai ritel susu ibu-bayi, seperti Babemax dan Kidswant menyebar ke seluruh negeri. Sejak satu dekade yang lalu, susu tersedia di dekat rumah sakit dengan bangsal bersalin besar.
Alasan lain, sejalan dengan seruan Presiden Xi Jinping untuk memperbaiki kualitas hidup orang Tionghoa.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Makanan Nutrisi dan Kesehatan China Liu Xuecong mengatakan ada begitu banyak formula susu bubuk bayi di pasaran saat ini. Semua itu perlu diawasi pemerintah.
Lio menjelaskan selama ini industri susu formula sering berubah dalam hal produknya. Hal ini membingungkan konsumen untuk memilih susu formula yang pas.