Seorang pembom bunuh diri mengendarai truk berisi bahan peledak menyerang pos pemeriksaan keamanan di kota Beledweyne Somalia, Sabtu (23/9). Sebanyak 13 tewas dan 20 luka akibat peristiwa ini.
“Kami telah menemukan 13 mayat, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil yang tinggal di dekatnya,” kata Ahmed Yare Adan, seorang petugas polisi setempat, kepada AFP melalui telepon.
“Sekitar 20 orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakit, dan kami yakin jumlah korban jiwa bisa bertambah,” katanya.
Serangan tersebut, yang merusak bangunan-bangunan di dekatnya, dan menjebak orang-orang di bawah puing-puing, terjadi setelah pemerintah Somalia yang terkepung mengakui mengalami “beberapa kemunduran signifikan” dalam perjuangannya melawan militan Al-Shabaab.
Para militan Islam telah melancarkan pemberontakan selama lebih dari 15 tahun untuk menggulingkan pemerintah rapuh yang didukung internasional di Mogadishu.
Pasukan Uni Afrika dikerahkan di Somalia pada tahun 2007 dengan mandat enam bulan namun masih tetap berada di lapangan, dan pemerintah kini berupaya untuk menunda rencana pengurangan pasukan asing selama tiga bulan.
Resolusi PBB menyerukan agar kekuatan Uni Afrika dikurangi menjadi nol pada akhir tahun depan, dan menyerahkan keamanan kepada tentara dan polisi Somalia.
Pasukan Somalia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Al-Shabaab yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Somalia tengah pada bulan Agustus tahun lalu, bergabung dengan milisi klan lokal dalam operasi yang didukung oleh pasukan Uni Afrika dan serangan udara AS.
Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mulai menjabat pada Mei tahun lalu dan bersumpah akan melakukan “perang habis-habisan” terhadap Al-Shabaab, yang diusir dari Mogadishu pada tahun 2011 namun menguasai sebagian besar wilayah pedesaan.
Mohamud, yang baru-baru ini mengunjungi garis depan, mengatakan pada bulan Agustus bahwa pemerintah akan “menghilangkan” para jihadis pada akhir tahun ini.
Namun penasihat keamanan nasional Somalia menulis surat kepada PBB meminta penundaan 90 hari terhadap rencana penarikan 3.000 tentara AU pada akhir September.
Dalam surat yang dilihat AFP, dia mengatakan pemerintah telah "berhasil membebaskan kembali kota-kota, desa-desa dan jalur pasokan penting" selama serangannya namun telah mengalami "beberapa kemunduran signifikan" sejak akhir Agustus.