Pemerintah Swedia pada Senin (16/3) mengatakan telah memutuskan mengirim pasukan ke Mali untuk bergabung dengan pasukan khusus pimpinan Prancis yang memerangi gerilyawan terkait Al Qaeda dan ISIS di wilayah Sahel di Afrika Utara.
Koalisi Sosial Demokrat dan Hijau menyebutkan bahwa Swedia akan menyumbang pasukan reaksi cepat hingga 150 tentara dan sejumlah helikopter sebagai bagian dari upaya internasional untuk meningkatkan keamanan di wilayah itu.
"Itu, pada gilirannya, akan membuat lebih mudah untuk melakukan kegiatan pembangunan di Mali yang dibutuhkan untuk mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan dan perdamaian di negara itu," ujar Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde.
"Keputusan itu juga berarti kita dapat berkontribusi pada perang melawan terorisme internasional dan pada akhirnya juga membuat Swedia lebih aman dan sentosa."
Keputusan pemerintah tersebut harus lebih dulu mendapat sokongan parlemen.
Swedia telah memiliki pasukan dalam jumlah kecil di Mali sejak 2013. Kehadiran mereka sebagai bagian dari misi perdamaian PBB di Mali yang disebut United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA).
Prancis, eks kekuatan kolonial, memiliki 5.100 tentara di Mali dan Sahel. Keamanan dilaporkan semakin memburuk sejak intervensi Prancis pada 2013 untuk menghentikan gerakan ekstremis di Ibu Kota Mali, Bamako.