Duta Besar Korea Selatan Kim Chang-beom mengungkap bahwa partisipasi dan kepatuhan masyarakat telah membantu pemerintah Korea Selatan memperlambat penyebaran coronavirus jenis baru.
"Salah satu faktor penting yang membuat penanganan krisis kesehatan ini efektif adalah partisipasi dan kepatuhan masyarakat Korea Selatan, serta tanggung jawab sosial yang mereka miliki," tutur Dubes Kim Chang-beom dalam kuliah umum online 'How Korea Deals with Covid-19' pada Senin (6/4).
Dia menambahkan, sejak awal pandemik tersebut menyebar di Korea Selatan, masyarakat telah menunjukkan rasa tanggung jawab sosial yang besar.
Salah satu contohnya, saat permintaan masker meroket dan melebihi kemampuan produksi di dalam negeri, masyarakat menaati kebijakan pemerintah untuk membeli hanya dua masker per satu minggu di toko-toko yang menyediakannya.
"Tidak seperti di sejumlah negara di mana masyarakat melakukan panic buying, warga Korea Selatan percaya bahwa pasokan dari barang-barang yang dibutuhkan akan dipenuhi oleh pemerintah," kata dia. "Selain itu, pemerintah juga menindak keras pihak yang melakukan penimbunan barang-barang penting."
Dia menyebut bahwa Korea Selatan menuai pujian dari komunitas internasional atas responsnya yang cepat, efektif, dan berbasis teknologi terhadap Covid-19.
"Situasi Covid-19 di negara kami secara perlahan menjadi stabil melalui upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah yang tentunya ditunjang oleh kerja sama masyarakat," jelas Dubes Kim Chang-beom.
Dubes Kim Chang-beom menyatakan bahwa pemerintah Korea Selatan membangun kepercayaan publik dengan berbagi informasi secara terbuka dan transparan serta perilisan data yang cepat dan akurat.
"Sementara itu, di pihak pemerintah, kami merespons penyebaran Covid-19 dengan upaya berbasis data dan teknologi. Pemerintah pusat dan daerah mengirim peringatan real-time kepada masyarakat melalui pesan teks atau aplikasi ponsel pintar terkait jumlah kasus positif yang dikonfirmasi dan wilayah penyebaran mereka," lanjut dia.
Dia menjelaskan bahwa kebijakan social distancing yang intensif akan diperpanjang hingga setidaknya 19 April. Pihak berwenang berupaya keras mengelola penyebaran virus untuk meminimalkan jumlah kasus baru infeksi di bawah 50 per harinya.
"Setelah kasus baru berhasil stabil di bawah 50, pemerintah akan meninjau kembali kebijakan social distancing, apakah perlu dilonggarkan atau tidak," tutur dubes.
Selain itu, untuk mengatasi goncangan ekonomi akibat Covid-19, Dubes Kim Chang-beom memaparkan bahwa pemerintah Korea Selatan akan mulai mengalokasikan dana sebesar US$40 miliar untuk membantu usaha kecil dan menengah yang terdampak parah.
"Jika situasi ini berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan, maka pemerintah mungkin akan mengeluarkan paket stimulus tambahan," lanjut Dubes Kim Chang-beom.
Hingga berita ini diturunkan, Korea Selatan mencatat 10.284 kasus positif Covid-19. Dari jumlah itu, 186 orang meninggal dan 6.598 dinyatakan telah sembuh.
Belajar dari masa lalu
Dubes Kim Chang-beom mengakui bahwa Korea Selatan siap menghadapi Covid-19 karena belajar dari masa lalu. Pada 2015, Negeri Ginseng dihantam MERS, mengakibatkan 38 orang meninggal.
"Pemerintah pada saat itu dikritik karena respons yang lambat. Protes itu dinilai menjadi penyebab pemerintahan yang sekarang tanggap mengatasi Covid-19," jelas dia.
Setelah dinilai gagal menghadapi MERS, Dubes Kim Chang-beom mengatakan bahwa Korea Selatan menata ulang sistem kerja Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC), menunjang kapasitas sistem kesehatan, dan meningkatkan kualitas pekerja medis agar mampu mengatasi penyakit menular.
"Pengalaman tersebut membantu sistem kesehatan Korea Selatan menjadi lebih efektif dalam waktu kurang lebih lima tahun," imbuhnya.