Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengeluarkan pernyataan resminya soal perang yang terjadi antara Hamas dan Israel.
Dalam keterangan resminya, Minggu (8/10), Kemlu menegaskan, Indonesia sangat prihatin dengan meningkatnya eskalasi konflik antara Palestina-Israel.
"Indonesia mendesak agar tindakan kekerasan segera dihentikan untuk menghindari semakin bertambahnya korban manusia," kata Kemlu.
Kemlu menyebut, akar konflik tersebut, yaitu pendudukan wilayah Palestina oleh Israel harus diselesaikan, sesuai parameter yang sudah disepakati PBB.
Terkait perlndungan WNI, Kemlu menegaskan, belum ada WNI yang menjadi korban. Kendati begitu, Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Cairo dan KBRI Libanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza.
"Dalam catatan KBRI, jumlah WNI yang berdomisili di wilayah Gaza sebanyak 13 orang. Hotline KBRI Amman +962 7 7915 0407," ucap Kemlu.
Sementara itu, AP melaporkan, tentara Israel bertempur melawan pejuang Hamas di jalan-jalan Israel selatan pada Minggu (8/10) dan melancarkan serangan balasan yang meratakan bangunan di Gaza. Sementara di Israel utara, baku tembak singkat dengan kelompok militan Hizbullah Lebanon menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Masih ada beberapa pertempuran yang berlangsung, setelah serangan mendadak yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Gaza. Di mana, militan Hamas, yang didukung oleh ribuan roket, menerobos penghalang keamanan Israel dan mengamuk di komunitas sekitar. Mereka membawa tawanan kembali ke wilayah pesisir Gaza, termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, yang kemungkinan besar akan mereka coba tukarkan dengan ribuan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel. Ratusan orang terbunuh di kedua sisi.
Tingginya jumlah korban tewas, banyak tawanan dan lambatnya respons terhadap serangan tersebut menunjukkan kegagalan intelijen yang besar dan melemahkan persepsi lama bahwa Israel mempunyai mata dan telinga di mana-mana di wilayah kecil dan padat penduduk yang telah dikuasainya selama beberapa dekade.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, negaranya sedang berperang dan akan menuntut akibat yang besar dari musuh-musuhnya. Sedangkan para pemimpin Hamas mengatakan, mereka siap menghadapi eskalasi lebih lanjut.