Pendiri Huawei Ren Zhengfei mengklaim bahwa dia telah meramalkan pertikaian dengan pemerintah Amerika Serikat. Ren menyatakan hanya masalah waktu sebelum Huawei mengancam kepentingan AS dan memicu pembalasan.
"Kami mengorbankan kepentingan individu dan keluarga demi cita-cita, untuk berdiri di puncak dunia," kata Ren dalam wawancaranya dengan media pemerintah China pada Selasa (21/5). "Untuk cita-cita ini, cepat atau lambat akan ada konflik dengan AS."
Pemerintah AS pekan lalu memasukkan Huawei dan afiliasinya dalam daftar hitam perdagangan yang membatasi perusahaan yang berbasis di Shenzen itu untuk membeli layanan dan suku cadang dari perusahaan AS tanpa persetujuan.
Presiden AS Donald Trump juga meneken perintah eksekutif yang melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan peralatan telekomunikasi yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang menimbulkan risiko keamanan nasional.
Atas kebijakan Trump tersebut, perusahaan-perusahaan top AS termasuk produsen chip seperti Intel, Qualcomm, Xilinx dan Broadcom telah mengumumkan kepada karyawannya bahwa mereka tidak akan memasok produk ke Huawei sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Google juga menangguhkan akses ke beberapa layanan untuk perangkat Android Huawei baru.
Ren menyatakan bahwa larangan AS tidak berdampak pada rencana 5G Huawei dan bahwa para pesaingnya tidak dapat mengejar ketertinggalan perusahaan selama setidaknya dua hingga tiga tahun. Pria berusia 74 tahu itu juga mengungkapkan, politikus AS telah meremehkan perusahaan yang dibangunnya.
Pada Senin (20/5), AS melonggarkan sejumlah larangan dagang selama 90 hari. Kementerian Perdagangan AS akan mengizinkan Huawei membeli barang-barang buatan AS untuk memelihatan jaringan yang sudah ada dan pembaruan perangkat lunak ponsel Huawei yang sudah beredar.
Uni semikonduktor Huawei, HiSilicon, yang memproduksi chip untuk ponsel dan server untuk perusahaan, telah disiapkan selama bertahun-tahun untuk menghadapi skenario kebijakan AS memutus akses ke produsen chip dan teknologi canggih mereka. Demikian keterangan tertulis Presiden HiSilicon Teresa He Tingbo pekan lalu.
"HiSilicon mencurahkan sumber daya yang signifikan untuk membangun cadagan untuk memastikan kelangsungan perusahaan, dan dengan AS menempatkan Huawei serta afiliasinya dalam daftar hitam perdagangan, rencana cadangan digunakan dan akan memastikan keamanan strategis sebagian besar produk dan pasokan berkelanjutan perusahaan," imbuhnya.
Kepala unit ponsel Huawei Richard Yu Chengdong pada Maret mengonfirmasi bahwa perusahaan telah mengembangkan sistem operasi sendiri untuk ponsel dan komputer jika yang disediakan oleh perusahaan teknologi AS tidak lagi tersedia.
Ren menegaskan bahwa Huawei tidak akan mudah menyerah pada chip pabrikan AS. Perusahaannya, menurut Ren, mampu memproduksi semikonduktor dengan kualitas yang sama, tetapi tidak berarti tidak akan membelinya.
Meski demikian, Huawei sangat berterima kasih kepada perusahaan-perusahaan AS, yang telah berkontribusi bagi Huawei.
"Banyak konsultan Huawei berasal dari perusahaan AS seperti IBM," ujar Ren.
Ditanya berapa lama krisis akan berlangsung bagi Huawei, Ren mengatakan pertanyaan tersebut seharusnya diarahkan pada Trump.
"Yang disalahkan seharusnya politikus AS, bukan perusahaan," katanya. (South China Morning Post)