Ulat kuning kering, bentuk larva dari kumbang ulat bambu aman dikonsumsi manusia baik dalam bentuk keseluruhan maupun sebagai bubuk tambahan makanan. Demikian dikatakan pengawas makanan Uni Eropa.
Menurut Otoritas Keamanan Pangan Eropa, langkah pertama pihak berwenang sudah mempertimbangkan apakah menyetujui penjualan camilan, batang protein, kue, dan makanan lain dengan bahan yang mengandung serangga.
Keputusan tersebut merupakan kejutan bagi bisnis peternakan serangga, yang mana diprediksi peneliti Arcluster akan tumbuh sepuluh kali lipat hingga melebihi $ 4,1 miliar secara global pada tahun 2025.
Serangga muncul sebagai sumber protein yang berkelanjutan berkat dampak lingkungannya yang lebih rendah dan nilai gizinya yang tinggi, mencatat rekor yang menarik. Pembiayaan modal ventura dan perhatian dari raksasa seperti Cargill Inc. dan Nestle SA.
Pada dasarnya, hal ini membantu menciptakan sumber protein baru yang berkelanjutan bagi dunia. Direktur manajemen risiko dan sumber untuk bisnis nutrisi hewan Cargill, Helene Ziv mengatakan dalam sebuah wawancara, "kami sangat nyaman dengan kualitas nutrisinya."
Ini adalah penilaian serangga berisiko yang pertama sebagai makanan baru oleh EFSA, ada 14 lain yang tertunda untuk serangga, dari jangkrik hingga belalang.
Disetujuinya ulat kuning akan memberikan peluang pemasaran, Andrea Germini, pemimpin tim makanan baru di EFSA yang berbasis di Parma, Italia, mengatakannya dalam sebuah wawancara. Pengawas juga menyatakan, reaksi alergi terhadap ulat bambu mungkin saja terjadi.
Eropa berada di garis depan dari kancah startup serangga yang sedang berkembang mengidentifikasi sebagai bagian dari agenda makanan berkelanjutan. Otoritas Uni Eropa telah mengeluarkan uang untuk penelitian dan pabrik, dan blok tersebut telah mengizinkan ikan, anjing, dan kucing untuk memakan makanan serangga.
Memberi makan hewan, bukan manusia, telah menunjukkan janji terbesar sejauh ini. Platform Internasional Serangga untuk Makanan dan Pakan mengharapkan, unggas dan babi menjadi yang berikutnya meningkatkan pasar.
Dari proyeksi produksi Eropa menghasilkan sebesar 3 juta ton protein serangga pada tahun 2030, hanya 10% yang akan digunakan untuk makanan manusia, sebagian besar sisanya untuk pakan ternak.
"Ada lebih banyak kesempatan untuk bekerja dengan bahan-bahan baru yang berkelanjutan untuk industri pakan ternak," kata Ziv.
Cargill bekerjasama dengan InnovaFeed SAS untuk memasok protein serangga untuk pakan ikan, sementara Archer-Daniels-Midland Co. akan menjadi tuan rumah peternakan lalat tentara hitam raksasa di Illinois.
Nestle, perusahaan makanan terbesar di dunia, menambahkan rangkaian makanan hewan yang terbuat dari serangga.
Sejumlah negara Uni Eropa termasuk Finlandia, Belgia, dan Belanda sudah mengizinkan penjualan makanan yang mengandung serangga di toko-toko. Sekitar 2.000 spesies serangga ada di dalam makanan sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia.
Pembuat pakan serangga membutuhkan dana besar untuk meningkatkan produksi agar dapat bersaing secara biaya, kata Manzoni.
Industri ini memiliki jalan panjang untuk mencapai volume komersial yang dipasok sekarang oleh sektor bahan makanan laut, kata Direktur Produsen Tepung Ikan dan Minyak Ikan Eropa, Anne Mette Baek, di Kopenhagen.
Satu perusahaan yang sudah bergerak menuju meja makan malam adalah Protix BV, yang mengoperasikan peternakan serangga terbesar di Eropa dan memiliki investor termasuk unit Rabobank’s private equity arm.
Pabrik Dongen, yang berbasis di Belanda memelihara larva lalat tentara hitam untuk diberikan kepada ikan dan hewan peliharaan, dan musim panas lalu mereka membuka toko online yang menjual makanan yang dibuat dengan jangkrik dan ulat bambu. Pendapatan lebih dari empat kali lipat tahun lalu, kata Chief Executive Officer Kees Aarts dalam sebuah wawancara.
"Sangat keren berada di garis terdepan yang masuk dalam kategori nutrisi baru,” kata Aarts. “Kami akan melihat berbagai aplikasi baru muncul. Kami sedang mengorek permukaan dari potensi yang ditawarkan makhluk kecil ini," lanjutnya. (Sumber bloomberg)