Serangan udara mematikan di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza harus diselidiki sebagai kejahatan perang, kata Presiden Irlandia Michael D Higgins, Rabu.
Berbicara di Italia, Higgins mengatakan bahwa “sangat, sangat penting adanya penyelidikan yang dapat diandalkan mengenai bagaimana (insiden) itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab dan apa konsekuensinya.”
“Ini harus diselidiki, tentu saja, sebagai kejahatan perang,” kata presiden seperti dikutip oleh journal.ie, sebuah surat kabar online Irlandia.
Higgins mengatakan orang-orang di Gaza selatan “sudah hidup dalam kondisi yang sangat tertekan” karena kekurangan makanan dan air, dan menyatakan kemarahannya atas setiap serangan terhadap warga sipil.
“Saya menyatakan, dan berulang kali menyatakan, rasa muak terhadap serangan orang-orang yang menghadiri, misalnya, acara musik,” kata Higgins, merujuk pada serangan Hamas di Israel.
“Tetapi kita tidak diminta untuk memilih dan mengatakan bahwa kita harus secara eksklusif berkonsentrasi pada kengerian tersebut dan, pada saat yang sama, mengesampingkan kekhawatiran kita terhadap pelanggaran hukum internasional yang telah diumumkan sebelumnya dan terjadi ketika kita mengambil air, ketika Anda menghapuskan bantuan medis, ketika Anda mengambil makanan dari penduduk sipil.”
Menyerukan gencatan senjata, presiden Irlandia juga mengatakan bahwa ada “kepentingan berkelanjutan” untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung di wilayah Israel-Palestina, dan menambahkan bahwa “kita semua tahu bahwa rakyat Palestina bukanlah Hamas.”
Setidaknya 471 orang tewas dan 342 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza pada Selasa malam, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu. Namun Israel membantah bertanggung jawab atas serangan udara tersebut.
Gaza sudah mengalami krisis kemanusiaan yang parah karena tidak adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar dan pasokan medis hampir habis.
Konflik dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa, sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” untuk meringankan “penderitaan besar umat manusia.”
Setidaknya 3.478 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, sementara angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang di Israel.(anadolu)