Pertempuran sengit di sekitar Rumah Sakit Indonesia yang telah menampung ribuan pasien dan orang terpaksa mengungsi selama berminggu-minggu, menyebabkan 12 orang tewas.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Hamas Ashraf al-Qudra dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera mengatakan, antara 400 dan 500 orang yang terluka masih berada di Rumah Sakit Indonesia di lantai yang berbeda.
Kementerian Kesehatan dan seorang pekerja medis di rumah sakit tersebut menyebutkan, kalau evakuasi dilakukan setelah 12 orang tewas. Ketika sebuah peluru menghantam lantai dua Rumah Sakit Indonesia. Keduanya menyalahkan Israel, yang membantah menembaki rumah sakit tersebut dan mengatakan kalau pasukannya hanya membalas tembakan ke militan yang menargetkan mereka dari dalam kompleks seluas 3,5 hektare itu.
Tetapi dilansir dari AP News, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada Senin (21/11), kalau pemerintah AS tidak memiliki informasi intelijen mengenai apakah Hamas juga menggunakan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Manager Operasional MER-C Rima pun mengatakan, kalau MER-C telah mengklarifikasi dan membantah tuduhan Israel tersebut. Oleh karena itulah MER-C menyebut kalau penyerangan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia sebagai aksi kejahatan kemanusiaan. Dunia perlu memberikan tekanan kepada Israel agar segera membuka koridor kemanusiaan agar bisa mengirimkan obat-obatan dan bantuan lainnya kepada warga Jalur Gaza.
"Terakhir kali berkomunikasi dengan manajemen RS Indonesia pada dua atau tiga hari yang lalu. Berdasarkaan koordinasi terakhir menyebutkan kalau sejumlah bagian di RS Indonesia mengalami kerusakan. Obat-obatan juga sudah habis. Sehingga RS Indonesia sudah tidak bisa memberikan pelayanan kesehatan. Sementara warga yang terluka dan mengungsi terus bertambah," kata dia saaat dihubungi Alinea.id, Selasa (21/11).
Sebagian besar warga yang mengungsi dan dirawat di RS Indonesia adalah wanita dan anak-anak. Merekalah yang kemudian menjadi korban dari serangan langsung Israel terhadap RS Indonesia sejak beberapa hari terakhir. Dia pun kembali menegaskan tidak ada pejuang Hamas yang melakukan aktivitasnya di RS Indonesia.
Berdasarkan data terakhir, satu malam bisa ada 100 mayat bertebaran di RS Indonesia. Total pasien yang dirawat di RS Indonesia lebih dari 500 orang. Padahal daya tampung RS Indonesia tahap pertama 110 tempat tidur dan tahap kedua sebanyak 325 tempat tidur. Itu belum termasuk ribuan pengungsi.
Selain itu, dia juga menyebut kalau MER-C masih terus berupaya mencari tiga relawannya yang kehilangan kontak sejak 10 hari lalu. Ketiga relawan itu atas nama Fikri Rofiul Haq, Reza Aldilla Kurniawan, dan Farid Zanzabil Al Ayubi. Terkait itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah berkomitmen ikut membantu mencari WNI yang hilang tersebut.
Sebelum terjadi penyerangan langsung oleh Israel, sebenarnya MER-C telah berencana meningkatkan kapasitas dari RS Indonesia. Di antaranya dengan menambah poli dokter spesialis. Tetapi rencana tersebut tertunda akibat serangan ini. Bahkan tampaknya, MER-C kembali mempergunakan amanah dana yang telah dihimpun dari masyarakat untuk memperbaiki RS Indonesia agar bisa beroperasi dengan normal.
"Kami telah mengajukan izin ke pihak pemerintah Mesir agar tim engineering dan relawan kemanusiaan bisa masuk ke Palestina. Tetapi izinnya belum keluar. Mungkin karena kondisinya yang belum memungkinkan. Prirotas kami adalah menyalurkan bantuan emergency, perbaikan RS Indonesia, dan perbaikan wisma WNI," ucap dia.
Sementara, dalam pernyataan resminya yang dipantau online pada Selasa (21/11) Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan kalau Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang mengakibatkan kematian banyak warga sipil. Serangan ini dinilai merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional.
Untuk itu, dia mendesak agar semua negara terutama yang mempunyai hubungan dekat dengan Israel, menggunakan seluruh pengaruh dan kemampuannya untuk mendesak Israel mengakhiri kekejamannya.
Kemlu sendiri masih belum bisa menghubungi tiga WNI yang menjadi relawan RS Indonesia.
"Saya sendiri telah menghubungi UNRWA di Gaza untuk mencari informasi mengenai situasi RS Indonesia dan saya mendapat jawaban bahwa UNRWA sendiri tidak dapat menghubungi siapapun di RS Indonesia saat ini. Saya telah mencoba menghubungi WHO dan Palang Merah Internasional tetapi belum mendapat tanggapan. Saya akan terus menghubungi pihak-pihak terkait untuk mendapatkan informasi mengenai RS Indonesia, serta keselamatan ketiga WNI tersebut di atas," paparnya.
Di sisi lain dia menyebut kalau para Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Yordania, Mesir, Palestina, dan Sekjen OKI sedangmenggalang dukungan khususnya dari lima negara Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB untuk mendorong gencatan senjata segera dan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
"Bulan ini, China memegang Kepresidenan Dewan Keamanan PBB. Para Menlu OKI berharap China dapat mendukung upaya para Menlu OKI. Akan ada pertemuan para menteri luar negeri di Dewan Keamanan PBB untuk kembali membahas masalah Gaza. Besok, para Menteri Luar Negeri OKI akan terus menggalang dukungan di Moskow," ucap dia.