close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Pixabay
icon caption
Ilustrasi / Pixabay
Dunia
Jumat, 05 April 2019 10:35

Perang dagang AS-China mendekati akhir?

Negosiasi teranyar perang dagang berlangsung di Washington pada Rabu (3/4) dan Kamis (4/4). Kedua pihak menunjukkan sentimen positif.
swipe

Amerika Serikat dan China dilaporkan bergerak lebih dekat ke kesepakatan perdagangan selama pembicaraan yang berlangsung pekan ini. Namun, negosiator masih perlu menuntaskan sejumlah poin penting.

Delegasi Tiongkok yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He bertemu dengan pada pejabat AS pada Rabu (3/4) dan Kamis (4/4) untuk mencapai kesepakatan dan mengakhiri konflik perdagangan yang menghancurkan. 

Donald Trump yang bertemu dengan Wakil PM Liu He di Gedung Putih pada Kamis sore menegaskan bahwa pertemuan puncaknya dengan Presiden Xi Jinping tidak akan diumumkan sebelum kesepakatan perdagangan dilakukan.

"Jika kita punya kesepakatan, kita akan menggelar pertemuan puncak. Saya rasa kita akan mengetahuinya selama empat minggu ke depan," kata Trump sembari menambahkan bahwa pemfinalan perjanjian tertulis akan membutuhkan tambahan dua minggu. "Saya berharap dapat bertemu dengan Xi."

Trump tidak merinci apakah kelak pertemuan puncaknya dengan Presiden Xi Jinping akan berlangsung di Washington atau di resor mewahnya di Mar-a-Lago di Florida, di mana keduanya bertatap muka untuk pertama kali dua tahun lalu.

"Kemajuan tengah dibuat dengan langkah yang sangat cepat," kata Trump dalam konferensi pers bersama dengan Liu He. 

Senada dengan Trump, Wakil PM Liu He juga menuturkan bahwa konsensus baru telah dicapai antara China dan AS mengenai perjanjian perdagangan yang tengah dinegosiasikan. Demikian dilansir kantor berita Tiongkok, Xinhua.

Mengutip pesan Presiden Xi Jinping kepada Trump, Liu He mengatakan bahwa kedua belah pihak telah membuat kemajuan baru dan substansial pada masalah-masalah utama. Xi juga menyatakan harapannya agar kedua pihak terus bekerja sama untuk menyelesaikan pembicaraan tentang perjanjian perdagangan secepat mungkin.

Ketika Trump ditanya soal strategi tarifnya terdapat barang China, orang nomor satu di AS itu mengatakan bahwa hal tersebut akan menjadi sesuatu yang dia diskusikan langsung dengan Liu di balik layar. Namun, Trump mengatakan "ya" ketika ditanya apakah penegakan hukum masih menjadi titik tunda dalam negosiasi.

"Kita harus memastikan bahwa ada penegakan hukum," ungkap Trump.

Tahun lalu, Trump telah memberlakukan bea impor sekitar US$250 miliar terhadap barang-barang China, dan Beijing meresponsnya dengan mengenakan tarif US$110 miliar atas barang-barang AS.

Menurut sebuah sumber, selama putaran pembicaraan terbaru di Washington, China telah membuat konsesi lebih lanjut, termasuk pembukaan pasar yang lebih besar.

"Kami telah membuat banyak kemajuan, kami bekerja sangat keras," jelas Robert Lighthizer, kepala Perwakilan Dagang AS dan ketua negosiator perundingan saat ini. "Kami memiliki kemitraan hebat dengan Wakil PM Liu He ... Saya rasa komitmennya atas reformasi China adalah alasan bahwa kesepakatan ini memiliki peluang." 

Lighthizer menambahkan, "Masih ada beberapa masalah besar yang tersisa, tetapi kami tentu membuat kemajuan lebih dari yang kami harapkan ketika kami memulai negosiasi."

China dan AS memulai kembali negosiasi dagang empat bulan lalu dan telah menjalani sembilan putaran negosiasi, termasuk percakapan via telepon dan pertemuan yang intensif. Sumber yang akrab dengan situasi itu mengatakan bahwa kedua belah pihak kelelahan dan berada di bawah tekanan untuk menyimpulkan perundingan mereka.

Ketidakseimbangan perdagangan dan dugaan transfer teknologi secara paksa dari perusahaan-perusahaan AS ke mitra-mitra China mereka merupakan sedikit dari sekian titik konflik perdagangan China dan AS. Ketegangan antara kedua raksasa ekonomi itu telah mengguncang pasar global dan menghantam aktivitas ekonomi di seluruh dunia.

Bicara melampaui kemungkinan kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok, Trump mengatakan dia berharap dapat memulai diskusi dengan China dan Rusia terkait pengurangan belanja militer.

"Antara Rusia dan China dan kita, semuanya menghasilkan ratusan miliar dolar untuk senjata, termasuk nuklir, yang konyol," sebut Trump. "Tidak masuk akal bahwa kita semua melakukan ini. Saya rasa kita adalah pemimpinnya ... Akan jauh lebih baik jika kita semua bertemu dan tidak memproduksi senjata-senjata tersebut. Mungkin itu bisa menjadi fase kedua setelah kesepakatan dagang selesai."

Trump melanjutkan, "Tiga negara dapat bersatu ... dan menghabiskan anggaran untuk hal-hal yang mungkin produktif."

Ketika diminta pendapatnya terkait hal itu, Wakil PM China Liu He mengatakan, "Saya rasa itu ide bagus." (South China Morning Post dan CNBC)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan