Amerika Serikat, Inggris dan Prancis mengebom beberapa target tempat penyimpanan bahan kimia di Suriah pada Sabtu pagi. Serangan tersebut sebagai respons atas penggunaan gas kimia terhadap warga sipil di Kota Douma, pekan lalu, oleh pasukan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Presiden AS Donald Trump seperti dikutip dari BBC menyebut bahwa operasi tersebut merupakan kombinasi dengan pasukan Prancis dan Inggris dan kini sedang berlangsung. Dalam keterangan pers Pentagon, Jenderal Josep Dunford mengungkapkan tiga target utama yang diserang.
Rinciannya adalah, fasilitas penelitian ilmiah di Damaskus yang dituding melakukan produksi senjata kimia dan biologi. Kemudian, gudang senjata kimia di Homs. Selanjutnya, fasilitas penyimpanan senjata kimia yang menjadi pusat komando di dekat Homs.
Namun serangan tersebut dilaporkan bisa ditangkis Suriah. Stasiun televisi pemerintahan Suriah menyatakan militernya berhasil menembak jatuh puluhan misil yang diluncurkan tentara AS, Inggris, dan Prancis.
Jenderal Dunford mengungkapkan AS telah mengidentifikasi targetnya. Sekaligus memitigasi agar tidak terjadi risiko terhadap kubu Rusia yang berada di Suriah. Namun, Pentagon tidak memberikan peringatan kepada Rusia tentang target yang akan dibom.
Menteri Pertahanan AS James Mattis mengungkapkan tidak ada laporan tentang kekalahan Washington dalam operasi tersebut. “Saat ini, satu tembakan satu target. Saya percaya ini akan mengiriman pesan yang kuat,” katanya.
Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengonfirmasi keterlibatan Inggris dalam perang melawan Suriah. Bagi Theresa, tidak ada alternatif lain selain menggunakan kekuatan militer. Theresa juga menegaskan serangan tersebut tidak berkaitan dengan perubahan rezim. Inggris melancarkan serangan dengan empat jet Tornado yang menghantam fasilitas bahan kimia di Kota Homs.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyatakan partisipasinya dalam operasi tempur tersebut. Macron menyebut serangan tersebut dilakukan atas pertimbangan puluhan pria, wanita dan anak-anak yang dibunuh dengan senjata kimia.
"Garis merah telah dilanggar,” tukas Macron.
Rusia pun marah besar atas invasi AS dan aliansinya ke Suriah. Rusia menyebut serangan tersebut seluruhnya adalah tanggung jawab terletak pada Washington, London, dan Paris.
“Kami memperingatkan tindakan tersebut tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi,” ujar Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov.