close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya saat konferensi pers di Kemlu RI, Jakarta, Senin (18/3). Alinea.id/Valerie Dante
icon caption
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya saat konferensi pers di Kemlu RI, Jakarta, Senin (18/3). Alinea.id/Valerie Dante
Dunia
Senin, 18 Maret 2019 19:14

Perkuat konsep Indo-Pasifik, Indonesia gelar HLDIPC

Forum internasional ini akan dihadiri oleh pejabat tingkat tinggi dari 17 negara kunci di kawasan Indo-Pasifik.
swipe

Indonesia akan mengadakan High Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation (HLDIPC) yang mengusung tema "Towards a Peaceful, Prosperous, and Inclusive Region" pada 20 Maret 2019 di Fairmont Hotel, Jakarta.

Forum internasional ini akan dihadiri oleh pejabat tingkat tinggi dari 17 negara kunci di kawasan Indo-Pasifik yakni Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Filipina, India, Jepang, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Korea Selatan, China, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

"Tujuan acaranya ini adalah untuk meningkatkan kualitas hubungan dan membangun kepercayaan di negara-negara kawasan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang mengarah pada kerja sama yang saling menguntungkan, berdasarkan prinsip keterbukaan, transparansi, inklusivitas, dan penghormatan terhadap hukum internasional," tutur Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya dalam konferensi pers di Kemlu RI, Jakarta, Senin (18/3).

Selain itu, Desra menjelaskan bahwa forum internasional itu juga merupakan upaya dan bentuk kontribusi Indonesia, sebagai salah satu negara anggota ASEAN, untuk memperkuat dialog untuk kerja sama yang lebih mendalam dan inklusif di kawasan Asia Tenggara.

Pertemuan tersebut nantinya akan dibagi menjadi dua format, yakni pembahasan umum yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan debat tematik yang mengangkat isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), kerja sama maritim, serta infrastruktur dan konektivitas.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu RI Siswo Pramono mengatakan bahwa HLDIPC berjalan paralel dengan proses pengenalan konsep umum Indo-Pasifik yang sedang dibahas di level ASEAN.

"Yang dikerjakan dalam HLDIPC itu proses penguatan konsep Indo-Pasifik yang dilakukan oleh Indonesia dengan inisiatif nasional. Selain itu, pertemuan ini formatnya informal jadi lebih bebas untuk berdiskusi dan bertukar pendapat," kata dia.

Hal yang sama, lanjutnya, pernah dilakukan oleh Thailand dengan menyelenggarakan forum Fostering Regional Connectivity in the Indo-Pacific Region di Bangkok pada 11 Juni 2018.

"Banyak sekali konsep Indo-Pasifik yang ditawarkan, ada yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, Australia, Jepang, India, hingga China. Jadi di forum ini nanti masing-masing negara bisa menjelaskan konsep masing-masing, bukan untuk mempertandingkan tetapi justru untuk menyinergikan," jelas Siswo.

Dalam HLDIPC setiap konsep yang ditawarkan sejumlah negara akan ditinjau, dilihat kesamaannya, serta kembali didiskusikan bersama.

Forum ini diharapkan dapat menghasilkan pernyataan bersama yang mencatat hasil pertemuan yang dapat ditindaklanjuti.

"Semoga nanti ada kerja sama konkret yang nanti bisa dieksplor sejalan dengan pertemuan internasional itu," jelasnya.

Kerja sama di Pasifik Selatan

Sehari setelah HLDIPC, pada 21 Maret, Kemlu RI akan menggelar Indo-South Pacific Forum (ISPF) yang merupakan bentuk dari kebijakan luar negeri Indonesia untuk lebih meningkatkan peran dan kehadiran di kawasan Pasifik Selatan.

ISPF akan dihadiri oleh pejabat pemerintah dari Indonesia dan Pasifik Selatan serta para pelaku bisnis dari 14 negara di kawasan yakni Australia, Federasi Mikronesia, Fiji, Kaledonia Baru, Kepulauan Cook, Kepulauan Marshall, Solomon, Kiribati, Nauru, Talau, Papua Nugini (PNG), Selandia Baru, Tonga, dan Tuvalu.

"Forum ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerja sama Indonesia dengan negara-negara mitra di Pasifik Selatan, utamanya untuk menyediakan platform dialog yang berguna untuk menggali potensi dan memperkuat kerja sama," tutur Desra.

Selain itu, pertemuan bertema "Our Future: Shared Ocean, Shared Prosperity" itu juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bersama antara Indonesia dan negara-negara Pasifik Selatan sebagai negara kepulauan yang memiliki sejumlah karakteristik dan tantangan yang sama.

"Misalnya tantangan dalam mengatasi perubahan iklim, isu-isu kemaritiman, serta pengembangan ekonomi masyarakat pesisir," lanjutnya.

Dialog antarnegara melalui ISPF direncanakan dapat menghasilkan pernyataan bersama yang memetakan visi dan langkah ke depan untuk menguatkan kerja sama Indonesia dengan Pasifik Selatan.

Di samping ISPF, di hari yang sama akan diadakan pertemuan bisnis yang membahas peluang dan tantangan dalam membangun hubungan bisnis yang berkelanjutan.

"Diharapkan pertemuan bisnis ini akan menciptakan peluang untuk membangun hubungan, memperluas akses pasar, saling bertukar pengalaman, dan melahirkan ide-ide bisnis baru bagi pengusaha Indonesia dan Pasifik Selatan," jelasnya.

Juga akan digelar pameran bisnis yang diikuti oleh pelaku bisnis Indonesia dari sejumlah sektor seperti infrastruktur, konektivitas, konstruksi, ekonomi digital, pertanian, perikanan, tekstil, dan retail.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan