close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Femke Halsema sebelumnya dikenal sebagai mantan pemimpin politik. /website Femka
icon caption
Femke Halsema sebelumnya dikenal sebagai mantan pemimpin politik. /website Femka
Dunia
Jumat, 29 Juni 2018 15:52

Pertama kali, Amsterdam dipimpin perempuan

Amsterdam memang ketinggalan dibandingkan dengan kota di Belanda lainnya yang sudah pernah dipimpin perempuan.
swipe

Kota Amsterdam memiliki wali kota perempuan pertama kalinya dalam sejarah. Perempuan itu adalah Femke Halsema yang dikenal sebagai mantan pemimpin politik. 

Amsterdam memang ketinggalan dibandingkan dengan kota di Belanda lainnya yang sudah pernah dipimpin perempuan. Padahal, Amsterdam sudah memiliki wali kota sejak 1343. 

Rotterdam juga tidak pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Halsema merupakan anggota partai sayap kiri Partai Groenlinks. 

“Saya bangga, senang, dan terharu dengan penunjukkan tersebut,” kata Halsema dilansir BBC pada Jumat (29/6).

Penunjukan Halsema setelah dewan kota berhaluan kiri itu mengajukan usulan ke pemerintah pusat dan disetujui raja tapi pengajuan itu hanya formalitas. Ia sebenarnya sudah pensiun dari dunia politik sejak 2011, namun namanya muncul setelah 45 tokoh perempuan Amsterdam memprotes pemerintah agar perempuan bisa menduduk jabatan wali kota. 

“Untuk ibu kota, sangat penting perlunya emansipasi, keberagaman, toleransi, gender, dan progresif,” demikian tuntutan mereka.

Hingga para anggota dewan kota akhirnya berbincang untuk menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin dari kalangan perempuan di Amsterdam. Awalnya, mereka kesulitan menemukannya. Akhirnya, mereka memilih pemimpin politik yang sudah pensiun. Dia adalah Halsema.

Halsema lahir di Haarlem, kota yang berjarak 15 menit berkendara dengan kereta api dari Amsterdam. Dia lahir dari keluarga sosial demokrat. Pernah menempuh pendidikan sosial dengan spesialisasi kriminologi di Universitas Utrecht, dia pernah bekerja di Partai Buruh dan menjadi politikus bintang.

Namun, Helsema memilih pindah Partai Groelinks yang beraliran sayap kiri. Dia terpilih sebagai anggota parlemen pada 1998. Pada 2002-2010 dia menjadi pemimpin partai itu hingga akhirnya memilih mundur.

Setelah pensiun, Halsema bekerja sebagai penulis. Dia menulis serial dokumentasi televisi dan memimpin serangkaian proyek penelitan dan mengelola lembaga amal. 

Penunjukkan Halsema ditentang banyak pihak. Kenapa? Sebab ia tidak memiliki pengalaman di pemerintahan. Sebanyak 7.400 orang mengajukan petisi menolak dia menjabat sebagai wali kota.

img
Dika Hendra
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan