Perundingan antara komandan militer India dan China guna menyelesaikan sengketa perbatasan Himalaya mengalami kebuntuan. Kedua negara saling menyalahkan pada Senin (11/10) atas kegagalan perundingan tersebut.
Ribuan tentara India dan China terlibat dalam pertempuran di dataran tinggi di wilayah perbatasan tersebut, tepatnya di Ladakh India sejak tahun lalu, meski kedua petinggi militer telah menggelar lebih dari selusin putaran pembicaraan untuk meredakan ketegangan.
Para komandan kembali bertemu untuk yang ke-13 kalinya pada Minggu kemarin. Pejabat India ,menyebut konfrontasi dipicu oleh upaya sepihak oleh China untuk mengubah status quo.
"Selama pertemuan itu, pihak India membuat saran konstruktif untuk menyelesaikan wilayah yang tersisa. Tetapi pihak China tidak setuju dan juga tidak dapat memberikan proposal berwawasan ke depan," kata kata pejabat Kementerian Pertahanan India dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan, pertemuan itu tidak menghasilkan resolusi. Padahal, pada Februari lalu, kedua belah pihak telah sepakat untuk menarik kembali pasukan dari beberapa daerah di sekitar Pangong Tso, sebuah danau glasial di ketinggian 14.000 kaki.
Hal ini dilakukan setelah terjadi negosiasi berkepanjangan antara komandan militer dan diplomat dari kedua belah pihak. "Pihak India terus bersikeras pada tuntutan yang tidak masuk akal dan tidak realistis, yang membuat negosiasi menjadi lebih sulit," kata Long Shaohua, juru bicara komando Barat Tentara Pembebasan Rakyat China, dalam pemberitahuan yang diposting di akun WeChat Komando.
Long berharap India tidak salah menilai situasi keamanan di perbatasan tersebut, dan tetap bekerja dengan China untuk menjaga perdamaian di daerah itu.
Kedua belah pihak saling mengerahkan pasukan setelah terjadi bentrokan pada Juni 2020 lalu. Militer China dan India terlibat sengketa perbatasan sejak 1962, setelah terjadi tumpang tindih klaim wilayah di sepanjang perbatasan tersebut.