close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Pixabay
icon caption
Ilustrasi / Pixabay
Dunia
Rabu, 11 Juli 2018 13:59

Israel luncurkan pesawat ke Bulan pada Desember 2018

Pesawat itu akan menanam bendera Israel di permukaan Bulan dan melakukan penelitian di permukaan medan magnetnya.
swipe

Sebuah organisasi nirlaba Israel mengumumkan rencana untuk mengirim pesawat antariksa tak berawak yang didanai swasta pertama ke Bulan dalam tahun ini. 

SpaceIL mengatakan, peluncuran akan dilakukan dari Cape Canaveral, Florida, pada Desember mendatang, di mana pesawat angkasa luar akan diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 yang dibangun oleh perusahaan SpaceX milik Elon Musk.

Diperkirakan, pesawat angkasa luar tersebut akan mendarat di Bulan pada Februari 2019. Pesawat itu akan menanam bendera Israel di permukaan Bulan dan melakukan penelitian di permukaan medan magnet Bulan.

Proyek SpaceIL dimulai sebagai bagian dari Google Lunar XPrize, yang menawarkan hadiah sebesar US$ 30 juta bagi mereka yang menginspirasi orang-orang untuk mengembangkan eksplorasi robot angkasa luar berbiaya rendah. 

Kompetisi berakhir tanpa pemenang. Namun tim Israel, SpaceIL, berjanji akan melanjutkan proyek tersebut. Mereka bekerja sama dengan perusahaan milik negara, Israel Aerospace Industries (IAI). 

Seperti dikutip dari BBC, Rabu (11/7), sejauh ini proyek tersebut telah menghabiskan dana sekitar US$88,5 juta. Miliarder kelahiran Afrika Selatan, Morris Kahn dilaporkan merupakan penyumbang terbesar proyek itu. 

Ido Anteby, CEO SpaceIL, dalam konferensi persnya di kota Yehud, Israel, pada hari Selasa mengatakan bahwa pesawat angkasa luar besutan dia dan timnya akan menjadi yang terkecil yang mendarat di Bulan.

Diameter pesawat itu sekitar 2 meter, tingginya 1,5 meter, dan beratnya hanya 585 kilogram saat kelak diluncurkan. Lebih dari 400 kilogram dari beratnya adalah bahan bakar yang akan dipakai saat mendarat di Bulan.

Jika berhasil, misi SpaceIL akan menjadikan Israel negara keempat di dunia yang mendaratkan pesawat antariksa di permukaan Bulan setelah Uni Soviet, Amerika Serikat, dan China.

Kahn berharap bahwa misi yang tengah dijalaninya akan menciptakan 'efek Apollo' (terminologi bagi antusiasme terhadap sains, teknologi, teknik, dan matematika yang dipicu perjalanan Neil Amstrong ke Bulan pada 1969) bagi generasi berikutnya Israel.

Ofer Doron, kepala divisi angkasa luar IAI mengatakan, "Israel akan menunjukkan jalan bagi seluruh dunia untuk mengirim pesawat antariksa ke Bulan dengan biaya rendah."

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan