\Perdana Menteri Australia, Scoot Morrison, mengatakan tidak akan berbicara dengan Presiden Prancis di Persekitan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu ini. Perancis marah atas pembatalan kontrak pertahanan senilai $40 miliar yang dapat mengancam kesepakatan perdagangan Australia-Uni Eropa.
Australia pekan lalu membatalkan kesepakatan dengan Grup Angkatan Laut Prancis untuk membangun armada kapal selam konvensional. Sebab, negeri dengan julukan kanguru itu akan membangun setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi Amerika Serikat (AS) dan Inggris setelah mencapai kemitraan keamanan trilateral dengan kedua negara tersebut.
Pembatalan kesepakatan itu telah membuat Perancis marah dan menuduh Australia dan AS menikamnya dari belakang. Perancis juga menarik duta besarnya dari Canberra dan Washington.
Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden, telah berusaha berbicara dengan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, untuk meredakan ketegangan. Di sisi lain, Morrison mengatakan, dia tidak akan mengadakan pertemuan bilateral terpisah dengan pemimpin Perancis itu.
"Tidak ada kesempatan untuk itu saat ini. Saya yakin kesempatan itu akan datang pada waktunya," kata Morrison kepada wartawan di New York ketika ditanya apakah dia akan berbicara dengan Macron di sela-sela Sidang Umum PBB, Selasa (21/9).
Negara-negara Uni Eropa menyatakan solidaritas dengan Prancis pada Senin (20/9) dalam sebuah pertunjukkan persatuan yang dianggap mengancam tawaran Australia untuk kesepakatan perdagangan bebas dengan blok tersebut.
Rencananya Australia dan Uni Eropa (UE) akan mengadakan putaran pembicaraan berikutnya tentang kesepakatan perdagangan pada 12 Oktober. Namun, Morrison berusaha meredam ekspektasi bawa kesepakatan akan terwujud.
"Ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan, untuk mendapatkan kesepakatan dengan UE tentang perdagangan, saya pikir semua orang mengerti itu," katanya.
Selain masalah dengan Eropa, adapula permasalahan kapal selam bertenaga nuklir yang telah memecah belah sekutu Canberra di Asia yang membuat China dan Korea Utara marah.
Indonesia dan Malaysia mengatakan, Australia berisiko memicu perlombaan senjata, meskipun Filipina pada Selasa (21/9) mengatakan mendukung kesepakatan kapal selam nuklir Canberra karena akan membantu membawa stabilitas di kawasan itu. (Sumber: reuters.com)