Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, telah meminta maaf karena melonggarkan pembatasan Covid-19 pada akhir Juni, yang mana saat itu negara Belanda sedang berada di tengah lonjakan infeksi virus Covid-19.
Belanda sendiri telah mempercepat deeskalasi pembatasan pada bulan lalu, namun hal tersebut malah membuat jumlah kasus naik ke level tertinggi pada 2021.
Pemerintah Belanda, sejak itu kembali menutup bar dan klub untuk memerangi lonjakan kasus baru yang juga didorong oleh varian Delta.
Berbicara kepada wartawan pada Senin (12/7), Rutte mengakui keputusan untuk melonggarkan tindakan telah menjadi "salah perhitungan".
"Apa yang kami pikir mungkin, ternyata salah dalam praktik. Kami salah perhitungan. Kami kecewa, dan kami minta maaf," katanya.
Keputusan untuk memberlakukan kembali beberapa pembatasan juga menimbulkan kritik keras terhadap PM, dan Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge.
Rutte mengakui bahwa pemerintah Belanda belum cukup kritis terhadap negara sendiri ketika memberlakukan kembali pembatasan pada Jumat (9/7). PM mengatakan bahwa keputusan awal untuk melonggarkan tindakan adalah tindakan yang logis dan bertanggung jawab pada saat itu.
Namun, Rutte menyatakan bahwa peningkatan infeksi berjalan lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Seiring dengan penutupan awal, pemerintah akan memperkuat social distancing. Langkah-langkah tersebut diperkirakan berlangsung hingga 13 Agustus.