Perdana Menteri Malta Joseph Muscat mengumumkan pengunduran diri pada Minggu (1/12). Langkah tersebut ditempuhnya di tengah penyelidikan atas kematian jurnalis investigasi terkemuka Daphne Caruana Galizia, yang dibunuh dengan bom mobil pada Oktober 2017.
Times of Malta pada Jumat (29/11) melaporkan bahwa Muscat telah memberi tahu rencananya untuk mundur kepada rekan-rekannya.
"Keputusan yang disebabkan oleh pusaran politik dan hukum terkait penyelidikan (kematian Galizia)," tulis Times of Malta.
Sebelum tewas, Galizia tengah menyelidiki dugaan korupsi di pemerintahan. Keluarga dan sejumlah demonstran menuduh Muscat berusaha melindungi lingkaran dalamnya dari penyelidikan yang tengah berlangsung atas kematian Galizia.
"Setiap hari selama dua tahun terakhir ini saya memikul tanggung jawab dan mengambil sejumlah keputusan ... Kesedihan dan kemarahan atas pembunuhan tersebut dibenarkan," kata Muscat. "Namun, kekerasan dan kekacauan, dengan dalih protes, tidak dibenarkan dalam demokrasi."
Galizia tewas dalam sebuah bom mobil saat bertolak dari rumahnya ke bank. Keluarganya bersikeras bahwa perempuan itu dibunuh karena pekerjaannya mengungkap dugaan korupsi di lingkungan pemerintah.
Jurnalismenya, termasuk investigasinya tentang warga Malta yang terlibat dalam Panama Papers, telah membuat Galizia menjadi musuh sejumlah pihak.
Galizia dilaporkan telah mendapat intimidasi selama bertahun-tahun. Anjingnya digorok. Dan pada 2006, rumahnya dibakar ketika keluarganya tengah terlelap dan ban ditumpuk di pintu belakang untuk mencegah mereka menyelamatkan diri.
Tidak lama sebelum kematiannya, dia menulis di blognya, "Ada penjahat di mana-mana. Situasinya diwarnai putus asa."
Tiga pria secara resmi didakwa pada Juli dengan pembunuhan sehubungan dengan kematian Galizia. Namun, selama proses pra-sidang mereka mengaku tidak bersalah. (CNN)