Thailand tidak mengizinkan tokoh oposisi Kamboja Sam Rainsy menginjakkan kaki di negaranya. Hal tersebut ditegaskan oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha pada Rabu (6/11), setelah tokoh yang diasingkan itu mengatakan dia berencana untuk kembali ke Kamboja melalui Bangkok.
Lewat sebuah konferensi pers di Bangkok, PM Prayuth menyinggung hubungan Thailand dengan Kamboja sebagai sesama anggota ASEAN.
"Menurut komitmen kami terhadap ASEAN, kami tidak akan saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, dan kami tidak akan mengizinkan orang antipemerintah menggunakan Thailand untuk aktivisme," ujar Prayuth.
"Saya telah memerintahkan (larangan) ini, jadi dia tidak mungkin akan bisa masuk."
Bertempat di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Mu Sochua yang merupakan Wakil Ketua Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), oposisi pemerintah Kamboja, menggelar konferensi pers tadi pagi. Dia mempublikasikan surat Sam Rainsy yang ditujukan kepada PM Prayut.
"Dia meminta PM Prayut untuk mengizinkannya pulang ke Kamboja melalui Thailand," tutur Mu.
Rainsy meminta bantuan PM Prayut untuk mengizinkannya mendarat di Bandara Internasional Suvarnabhumi pada Jumat (8/11) dan kemudian menyeberang ke Kamboja melalui perbatasan darat. Rainsy diketahui akan datang dengan penerbangan Thai Airways TG931.
Mu menyatakan, para pemimpin CNRP telah memilih untuk pulang ke Kamboja melalui Bangkok dengan harapan bahwa Thailand sebagai Ketua ASEAN akan mendukung perjuangan demokrasi di Kamboja.
"Kami berharap Thailand akan memberikan izin dan membantu mengatasi kondisi demokrasi yang sedang terancam di Kamboja dan di Asia Tenggara," tutur dia.
Kedubes Kamboja sendiri sangat menyayangkan bahwa Indonesia, sesama negara ASEAN, mengizinkan Mu masuk ke Jakarta dan melakukan apa yang mereka sebut sebagai kegiatan-kegiatan antipemerintah.
Dalam keterangan tersebut, Kedubes Kamboja menjelaskan bahwa CNRP merupakan partai ilegal karena telah dibubarkan oleh Mahkamah Agung Kamboja pada 16 November 2017.