Seorang tentara yang mengamuk di sejumlah lokasi di Kota Nakhon Ratchasima, Thailand, menewaskan 29 orang dan melukai 57 lainnya sebelum akhirnya dia berhasil ditembak mati pada Minggu (9/2) pagi di basement mal Terminal 21.
Sebagian besar korban berada di mal Terminal 21, di mana pelaku yang bertindak seorang diri menembaki orang-orang.
Polisi mengidentifikasi pelaku adalah Jakrapanth Thomma (32) yang berpangkat sersan mayor.
"Ini merupakan konflik pribadi ... soal sengketa rumah," kata Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha pada Minggu dari Nakhon Ratchasima.
PM Prayut berkunjung ke kota itu untuk mengunjungi keluarga korban. Menurut PM Prayut, konflik terjadi antara pelaku dengan kerabatnya.
Peristiwa ini dicap sebagai penembakan massal terburuk di Thailand, yang berpenduduk 69 juta jiwa, di mana tentara telah mendominasi politik selama beberapa dekade baik secara terbuka maupun dari balik layar.
Prayut, mantan penguasa militer, menghadapi kritik atas sikapnya terhadap peristiwa mematikan tersebut setelah dia melambaikan tangan dan tersenyum selama kunjungan ke tempat kejadian perkara. Tidak sampai di situ, Prayut bahkan membuat gerakan hati dengan tangannya.
Merespons apa yang dilakukan Prayut, tagar #RIPPrayut pun tren di media sosial di Thailand.
"Jika Anda memiliki hati, seharusnya Anda menghormati kerabat korban dengan sikap tenang dan sedih," kata Jirayu Houngsub, seorang politikus oposisi di parlemen.
Di sebuah kamar mayat di Nakhon Ratchasima, keluarga Ratchanon Karnchanamethee (13) terisak ketika mengidentifikasi jasadnya.
"Dia putra satu-satunya. Dia bahkan belum makan malam," kata ayahnya, Natthawut Karnchanamethee. "Saya mengizinkannya melakukan apa pun yang dia mau. Saya tidak pernah mengekangnya. Saya hanya ingin dia menjadi orang baik."
Dengan dipimpin oleh polisi dan tentara, ratusan orang dievakuasi dari mal selama 12 jam. Dengan berjalan sambil berjongkok-jongkok, mereka keluar dalam kelompok-kelompok kecil, kelelahan.
Pada satu waktu, pasukan bersenjata muncul dengan berlari membawa sejumlah anak kecil.
"Itu menakutkan karena saya bisa mendengar suara tembakan sesekali ... kami menunggu lama untuk dievakuasi, berjam-jam," kata Suvanarat Jirattanasakul (27).
Korban selamat lainnya mengatakan kepada Amarin TV bahwa pelaku membidik kepala. Rekannya meninggal di tempat kejadian.
"Dia melepas tembakan ke berbagai arah dan bidikannya sangat tepat," kata pria itu.
Senjata curian
Rekaman CCTV dari dalam mal yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pria bersenjata berpakaian hitam dan mengenakan topeng bergerak seorang diri.
Menurut media setempat, Jakrapanth bertugas di pangkalan militer yang dekat dengan Nakhon Ratchasima. Menurut sejumlah sumber di militer, pelaku adalah penembak dengan kemampuan di atas rata-rata dan mengambil banyak kursus tentang melakukan serangan, termasuk merencanakan penyergapan.
Media Thailand melaporkan bahwa Jakrapanth kerap mengunggah foto-foto senjata di media sosial.
Jakrapanth beraksi pada Sabtu sekitar pukul 15.00 waktu setempat ketika dia melepas tembakan di sebuah rumah sebelum akhirnya pindah ke pangkalan militer tempatnya bertugas dan kemudian pergi ke mal dengan Humvee dan senjata curiannya.
"Dia menyerang penjaga di gudang senjata, yang kemudian, dan mencuri jip dinas dan senjata HK33 dan sejumlah amunisi," kata Komandan Komando Area Kedua Letjen Thanya Kiatsarn.
Komandan prajurit itu adalah salah satu korban tewas.
Beberapa jam sebelum dia memulai aksinya pada Sabtu, Jakrapanth menulis status di Facebook-nya yang mengecam orang-orang serakah.
"Kaya dari kecurangan. Mengambil keuntungan dari orang lain. Apakah mereka pikir bisa menghabiskan uang di neraka?," demikian bunyi salah satu pesannya.
Dia kemudian kembali mengunggah status di tengah aksinya.
"Kematian tidak bisa dihindari," tulis dia.
Belakangan dia mengeluhkan tentang jari-jarinya yang kram dan bertanya, "Haruskah saya menyerah?" sebelum akunnya dihapus Facebook.