Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha, Senin (21/12), menyalahkan pekerja migran atas klaster baru Covid-19 yang terdeteksi di pasar makanan laut terbesar di negara tersebut.
Thailand memang berada dalam tingkat kewaspadaan tertinggi sejak pekan lalu ketika seorang penjual udang berusia 67 tahun dari Pasar Mahachai dinyatakan positif Covid-19. Hasil pelacakan kontak dan pengujian massal menemukan lebih dari 800 kasus infeksi sejauh ini terkait dengan pasar makanan laut tersebut.
Mayoritas kasus baru adalah pekerja dari Myanmar, yang bekerja di kapal udang dan di pabrik pengolahan yang terkait dengan industri makanan laut Thailand.
PM Prayut menuding munculnya klaster itu pada pabrik-pabrik yang mempekerjakan pekerja migran ilegal. Dia menuduh mereka telah secara ilegal melintasi perbatasan Myanmar-Thailand.
"Mereka menyelinap keluar dan masuk kembali," katanya.
Thailand memiliki perbatasan sepanjang 2.400 kilometer dengan Myanmar.
"Saya telah memberi tahu pihak berwenang bahwa harus ada sistem untuk melacak pekerja," sambung Prayut seraya menambahkan bahwa dia berharap situasinya akan membaik dalam seminggu.
Pejabat kesehatan Thailand menyebut tingkat infeksi di Pasar Mahachai sekitar 42%. Pasar tersebut dan wilayah di sekitarnya telah ditutup sejak Sabtu (19/12), ribuan orang yang tinggal di sana pun dilarang pergi.
Pada Senin kemarin, pasar dikelilingi oleh kawat berduri dan pihak berwenang membagikan makanan kepada pekerja yang menjalani karantina di dalam.
Seorang penjual udang asal Myanmar, Min Min Tun, mengatakan bahwa tuduhan PM Prayut yang tanpa bukti itu tidak adil dan sepihak. Menurutnya, tidak ada informasi yang diberikan tentang siapa yang dites positif, menyebabkan ketakutan di kalangan komunitas pekerja.
"Kita semua bisa tertular karena kita tidak memiliki informasi siapa yang harus dihindari dan tempat yang harus dihindari," ujarnya.
Perekonomian Thailand sangat bergantung pada jutaan pekerja berupah rendah dari negara tetangga Myanmar dan Kamboja yang sebagian besar bekerja di sektor makanan laut, manufaktur, dan konstruksi. Namun, angkatan kerja migran menghadapi diskriminasi yang meluas, dan klaster tersebut telah memicu sentimen anti-Myanmar di antara orang Thailand. (France 24)