Presiden Afghanistan terguling, Ashraf Ghani, yang melarikan diri dari negaranya karena Kabul diambil alih oleh Taliban, kini dilaporkan berada di Uni Emirat Arab (UEA).
"Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA dapat mengonfirmasi bahwa UEA telah menyambut Presiden Ashraf Ghani dan keluarganya ke negara atas alasan kemanusiaan," jelas Kemlu UEA dalam pernyataannya pada Rabu (18/8).
Ghani meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8) malam, tanpa pengumuman atau laporan yang jelas tentang ke mana dia akan pergi. Langkah itu dilakukannya ketika Taliban memasuki istana kepresidenan dan menyatakan perang telah berakhir.
Setelah itu, Ghani mengatakan bahwa dia melarikan diri untuk mencegah banjir pertumpahan darah. Dia terpilih sebagai presiden dua kali, pertama kali pada September 2014.
Gedung Putih, Pentagon, dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai keberadaan Ghani.
Pasukan Taliban membuat serangkaian kemajuan secara cepat setelah pemerintahan Joe Biden dan NATO mengumumkan penarikan penuh pasukan mereka dan koalisi pada akhir Agustus.
Di tengah eksodus pasukan asing, Taliban mendeklarasikan kendali penuh atas negara itu dalam waktu 10 hari setelah merebut ibu kota provinsi pertama mereka.
Dalam jumpa pers terpisah, Presiden Joe Biden dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyalahkan pemerintah nasional Afghanistan atas pengambilalihan Taliban yang terjadi secara cepat.
Dari markas NATO di Brussel, Stoltenberg mengatakan, "Kegagalan kepemimpinan Afghanistan menyebabkan tragedi yang kita saksikan hari ini."