Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali menuai kecaman akibat pernyataannya yang memicu kontroversi. Duterte mengakui pernah melecehkan pembantunya saat dirinya masih remaja.
Pengakuan mengejutkan ini disampaikan Duterte dalam pidatonya pada Sabtu (29/12), ketika dia berbicara tentang distribusi tanah. Duterte menggambarkan pelecehan itu secara rinci.
Duterte menceritakan saat masih duduk di bangku sekolah menengah dia melakukan sebuah pengakuan dosa dengan seorang pendeta. Pada momen itu, dia memerinci bagaimana dia melecehkan pembantunya.
Juru Bicara Kepresidenan Salvador Panelo menyangkal pernyataan Duterte. Dia menerangkan bahwa Duterte membuat pengakuan itu akibat desakan dari pendeta.
Panelo menjelaskan, Presiden Duterte mengklaim bahwa pendeta itu melecehkannya dalam sesi pengakuan dosa tersebut, sesuatu yang menurutnya "dialami setiap anak".
Lebih lanjut Panelo menuturkan bahwa Duterte menggunakan "anekdot konyol" untuk "mendramatisir pelecehan seksual yang menimpa dia dan teman-temannya ketika masih di sekolah menengah".
"Dia sengaja menambahkan dan menyambungkan kisah itu dengan kejadian vulgar untuk menyoroti perilaku pendeta yang bersikeras untuk mendengar lebih banyak dosa selama pengakuan bahkan ketika tidak ada lagi yang perlu dikatakan," tutur Panelo.
Duterte, seorang penganut Katolik, dikenal sangat kritis terhadap gereja, terutama terkait skandal pelecehan seksual yang mengguncang Vatikan.
Orang nomor satu di Filipina ini dikenal karena gaya bertuturnya yang ceplas-ceplos dan kasar. Namun, beberapa komentarnya yang tidak senonoh telah menempatkan Duterte di situasi sulit.
Duterte pernah menyandingkan dirinya dengan Hitler, meski belakangan dia meminta maaf untuk itu. Dia juga sempat memaki Presiden Barak Obama dengan menyebutnya "son of bith" dan menyuruhnya pergi ke neraka.
Selain itu, presiden berusia 73 tahun tersebut juga pernah membuat lelucon dari pemerkosaan geng yang menimpa seorang misionaris Australia.
Namun, di antara semua itu, komentar kasarnya tentang Gereja Katolik mendapat kecaman keras dari publik. Filipina menganut teguh kepercayaan Katolik, dengan lebih dari 80% populasi diidentifikasi sebagai pemeluk Katolik Roma.
Pada Juni 2018, Duterte berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan komunitas Katolik di Filipina setelah menyebut Tuhan "bodoh" dalam sebuah pidato. Juru bicara kepresidenan sebelumnya, Harry Roque, mengaitkan komentar tersebut dengan kepahitan Duterte yang dicabuli oleh pendeta saat masih remaja.