Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, mengatakan, misi utama militer negaranya telah berubah. Hal itu untuk memastikan perlindungan wilayahnya saat perselisihan dengan China dan persaingan AS-China meningkat.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. menekankan urgensi mengalihkan fokus militer ke pertahanan eksternal dalam pidatonya di depan pasukan Senin (27/2) sore. Dia berbicara dua minggu setelah memanggil duta besar China untuk memprotes penggunaan laser tingkat militer oleh penjaga pantai China, yang membutakan beberapa awak kapal patroli Filipina di Laut China Selatan.
Filipina mengutuk insiden 6 Februari itu dalam salah satu dari lebih dari 200 protes diplomatik yang diajukan terhadap tindakan Beijing, yang semakin agresif di perairan yang disengketakan sejak tahun lalu.
Di sisi lain, China menuduh Filipina menyusup ke wilayahnya dan mengatakan penjaga pantainya menggunakan laser yang tidak berbahaya untuk melacak kapal Filipina. Untuk diketahui, China mengklaim Laut China Selatan hampir seluruhnya.
“Saya mengatakan bahwa misi Anda telah berubah,” kata Marcos kepada pasukan Angkatan Bersenjata Filipina. “Selama bertahun-tahun, kami dapat mempertahankan perdamaian itu dan mempertahankan pengertian itu dengan semua tetangga kami. Sekarang banyak hal telah mulai berubah dan kami harus menyesuaikannya,” kata dia lagi.
Dia mengatakan, bahwa batas-batas negara sedang dipertanyakan oleh negara lain, “dan ada banyak hal yang terjadi sehingga angkatan udara memiliki misi yang sangat besar untuk sepenuhnya mengamankan Filipina.” Dia juga mengutip potensi "intensifikasi persaingan antara negara adidaya."
Marcos tidak memberikan secara spesifik atau menyebut China dalam pidatonya di Provinsi Cebu Tengah itu, tetapi menggarisbawahi bahwa kebijakan luar negeri Filipina tetap berkomitmen pada perdamaian.
Meski merupakan negara yang relatif kecil, “kita tetap harus memperjuangkan hak setiap orang Filipina karena Filipina adalah negara berdaulat dan Filipina memiliki pemerintahan yang berfungsi,” katanya.
Setelah beberapa dekade memerangi pemberontakan muslim dan komunis, militer mulai fokus untuk mempertahankan perbatasan laut negara. Langkah itu ditandai dengan upaya memodernisasi program yang menghadapi penundaan dan kendala keuangan.
Banyak dari senjata dan peralatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan patroli udara dan laut untuk menjaga garis pantai kepulauan yang luas dan membangun upaya pencegahan.
Di bawah pakta pertahanan 2014 dengan Amerika Serikat, Marcos baru-baru ini menyetujui kehadiran militer AS yang lebih luas di Filipina dengan mengizinkan kelompok pasukan Amerika bergilir untuk tinggal di empat kamp militer Filipina lagi. Itu adalah perubahan haluan yang tajam dari pendahulunya Rodrigo Duterte, yang khawatir jejak militer Amerika dapat menyinggung Beijing.
China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei telah terkunci dalam kebuntuan teritorial yang semakin tegang di Laut China Selatan. Kini laut itu telah menjadi tempat kapal Angkatan Laut AS dan jet tempur melakukan patroli untuk mempromosikan kebebasan bergerak, menantang klaim ekspansif Beijing dan meyakinkan sekutu seperti Filipina.
Sengketa semakin meningkat setelah China mengubah tujuh terumbu karang yang disengketakan menjadi pangkalan pulau yang dilindungi rudal untuk memperkuat klaimnya. Perairan yang disengketakan telah dianggap sebagai kemungkinan titik api Asia dan front yang rentan dalam persaingan AS-China di wilayah tersebut.