close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Khalil Mazraawi/Pool via REUTERS
icon caption
Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Khalil Mazraawi/Pool via REUTERS
Dunia
Minggu, 04 Juli 2021 13:30

Presiden Mahmoud Abbas dituntut mundur dari jabatannya

Seorang kritikus vokal menganggap bahwa kejadian ini terkait adanya dugaan korupsi di dalam PA (Palestinian Authority).
swipe

Ratusan warga Palestina menuntut pengunduran diri Presiden Mahmoud Abbas pada demo besar, Sabtu (3/7) yang dipicu oleh kematian seorang aktivis bulan lalu dalam tahanan.

Kerabat Nizar Banat, yang tewas setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam, berada di garis depan protes di Ramallah di mana Otoritas Palestina (PA) pimpinan Abbas bermarkas.

Ibu Banat yang berkabung mengangkat potret putranya. Para demonstran yang berpartisipasi juga membawa gambar Banat.  Seorang kritikus vokal menganggap bahwa kejadian ini terkait adanya dugaan korupsi di dalam PA (Palestinian Authority). Seorang reporter AFP melaporkan banyak dari demonstran yang mengangkat spanduk besar yang bertuliskan "Abbas Leave".

"Pawai ini adalah pesan kesetiaan kepada Nizar Banat dan kepada pihak berwenang, yang harus mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kematiannya," Hassan Khreishah, mantan kepala Dewan Legislatif Palestina, mengatakan kepada AFP.

Polisi Palestina serta pasukan keamanan pada hari demonstrasi itu memblokir jalan menuju markas Abbas di Ramallah. Sebuah protes balasan yang diselenggarakan oleh faksi Fatah Abbas sementara itu diadakan di Kota Hebron untuk menyatakan dukungan bagi pemimpin Palestina.

Kematian Banat pada 24 Juni memicu protes berhari-hari di Tepi Barat (West Bank) yang diduduki dan memicu kecaman internasional. Pria berusia 43 tahun itu telah terdaftar sebagai kandidat dalam pemilihan parlemen Palestina yang ditetapkan pada Mei, sampai Abbas menundanya tanpa batas waktu.

Menurut otopsi, dia dipukuli di kepala, dada, leher, kaki dan tangan, dengan waktu kurang dari satu jam antara penangkapannya dan kematiannya.

Keluarga Banat mengatakan pada Senin (28/6), bahwa mereka akan menolak kesimpulan dari penyelidikan resmi dan sebaliknya menyerukan penyelidikan internasional.

Kematiannya itu sendiri telah memicu kemarahan global. Utusan perdamaian Timur Tengah, PBB Tor Wennesland, mengatakan "para pelaku harus dibawa ke pengadilan", sementara Uni Eropa menyerukan "penyelidikan penuh, independen dan transparan". Amerika Serikat juga mengatakan "sangat terganggu" oleh kematian itu, dan mendesak penyelidikan yang transparan.

img
Eqqi Syahputra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan