Presiden Sebastian Pinera menghadapi protes baru pada Senin (28/10) setelah dia mendepak delapan anggota kabinetnya, termasuk menteri dalam negeri dan menteri keuangan. Pembersihan bertujuan menjinakkan krisis politik terbesar sejak Chile kembali ke demokrasi pada 1990.
Protes pekan lalu yang disebut berlangsung di luar kendali telah mendorong Pinera menjanjikan perubahan yang ramah bagi para pekerja. Presiden berhaluan kanan tengah yang mengalahkan kelompok kiri dalam pemilu 2017 itu bersumpah untuk meningkatkan upah minimum dan pensiun, menurunkan harga obat-obatan dan transportasi umum serta memastikan asuransi kesehatan yang tepat.
Pada Senin, Pinera memecat Menteri Dalam Negeri Andres Chadwick, sepupunya yang juga orang kepercayaannya yang mendapat kecaman pekan lalu karena melabeli pemrotes sebagai "penjahat". Dia menggantikan Chadwick, seorang politikus sayap kanan, dengan Gonzalo Blumel.
Pinera juga menunjuk Ignacio Briones, seorang profesor ekonomi, untuk menggantikan Felipe Larrain sebagai menteri keuangan.
"Chile telah berubah, dan pemerintah harus berubah pula untuk menghadapi tantangan baru ini," kata Pinera dalam pidato televisinya dari Istana Kepresidenan La Moneda.
Perombakan kabinet terjadi setelah protes yang diwarnai kerusuhan menewaskan sedikitnya 17 orang. Ribuan lainnya ditangkap dan bisnis merugi US$1,4 miliar.
Popularitas Pinera saat ini mencapai titik terendah sepanjang kepemimpinannya. Dukungan untuk Pinera anjlok hingga hanya 14%, peringkat persetujuan terendah bagi seorang presiden sejak Chile kembali ke demokrasi.
Saat Pinera berpidato, para pemrotes sudah mulai berkumpul di luar istana kepresidenan di pusat Kota Santiago, mengibarkan bendera, membunyikan klakson dan menyerukan penggulingannya. Pasukan keamanan dengan cepat membubarkan mereka menggunakan gas air mata.
Kemudian pada hari yang sama, ratusan orang kembali berkumpul di Plaza Italia, salah satu alun-alun di pusat kota.
Chile, produsen tembaga utama dunia, telah lama menjadi salah satu ekonomi paling makmur dan stabil di Amerika Latin. Negara itu memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran yang rendah.
Tetapi, kemarahan atas kesenjangan yang mengakar dan biaya hidup yang meningkat kian membara.
Protes yang terjadi di Chile menyerupai adegan serupa di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir, yaitu di Hong Kong, Lebanon dan Spanyol, menunjukkan kemarahan rakyat pada elite penguasa.
Jajak pendapat Cadem yang dipublikasikan pada Minggu (27/10), menyimpulkan bahwa 80% warga Chile tidak menganggap langkah-langkah yang diumumkan Pinera memadai. Itu sendiri diakui langsung oleh sang presiden.
"Kami tahu langkah-langkah tersebut tidak menyelesaikan seluruh persoalan, tetapi itu merupakan langkah awal yang penting," ujar Pinera.
Para pedemo sendiri tidak memiliki pemimpin atau juru bicara. Partai-partai oposisi yang retak mendukung demonstrasi tetapi belum memimpin gerakan itu.
Jumat lalu, satu juta warga Chile dari berbagai lapisan berkumpul di Santiago, menuntut perubahan model sosial dan ekonomi. Itu disebut sebagai protes terbesar sejak negara itu kembali ke demokrasi.
Banyak yang mengkritik keputusan Pinera untuk menempatkan Santiago di bawah kendali militer. Mereka mengatakan seperti kembali ke pemerintahan suram diktator Augusto Pinochet.
Pinera telah mencabut status darurat pada Senin tengah malam.
Warga Chile menyerukan protes baru. Sementara itu, Komisaris PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet, yang juga mantan Presiden Chile, telah mengirim misi pencari fakta untuk melakukan penyelidikan independen terhadap dugaan penyalahgunaan oleh pasukan keamanan.
Pinera mengatakan bahwa dia menyambut kedatangan mereka. "Kami tidak memiliki apa pun untuk disembunyikan."