Presiden Sudan Omar al-Bashir menjadi pemimpin Liga Arab pertama yang menginjakkan kaki di Damaskus, Suriah, sejak perang berkobar di negara itu nyaris delapan tahun silam.
Kantor berita Suriah, SANA, mengatakan bahwa al-Bashir yang tiba pada Minggu (16/12) di Damaskus disambut langsung oleh Presiden Bashar al-Assad sebelum akhirnya keduanya menuju istana presiden.
Menurut kantor presiden Suriah, keduanya membahas hubungan bilateral dan situasi serta krisis yang dihadapi oleh banyak negara Arab.
Sejumlah foto yang dirilis oleh SANA menunjukkan al-Bashir dan Assad berjabat tangan di bandara di depan sebuah jet Rusia yang diduga telah mengangkut presiden Sudan itu ke Suriah.
Rusia, yang merupakan sekutu penting Assad, memiliki sebuah pangkalan udara di Latakia.
SANA yang mengutip pernyataan al-Bashir mengatakan bahwa selama pertemuan berlangsung, presiden Sudan menyatakan harapannya agar Suriah memulihkan peran pentingnya di kawasan sesegera mungkin. Al-Bashir juga menegaskan kesiapan Sudan untuk menyediakan semua yang dibutuhkan untuk mendukung integritas teritorial Suriah.
Sementara itu, Assad berterima kasih kepada al-Bashir atas kunjungan tersebut. Dia menegaskan bahwa lawatan ini akan merupakan momentum yang kuat bagi pemulihan kedua negara dengan jalan semula, sebelum perang di Suriah dimulai.
Alasan di balik kunjungan al-Bashir sendiri belum terungkap.
Ketegangan mencair?
Suriah diusir dari Liga Arab yang beranggotakan 22 negara sesaat setelah perang pecah pada 2011. Negara-negara Arab telah menjatuhkan sanksi terhadap Damaskus dan mengutuk rezim Assad karena menggunakan kekuatan militer yang luar biasa dan gagal bernegosiasi dengan oposisi.
Namun seiring dengan perang di Suriah yang mereda dan pasukan pemerintah yang disokong oleh Rusia dan Iran merebut kembali sejumlah kota utama dan pusat populasi, beberapa pejabat Arab dilaporkan telah menyatakan minatnya untuk mengeksplorasi pemulihan hubungan.
Pada Oktober lalu, Assad mengatakan kepada surat kabar Kuwait bahwa Suriah telah mencapai pemahaman utama dengan negara-negara Arab setelah permusuhan selama bertahun-tahun. Dia tidak menyebutkan nama sejumlah negara Arab tersebut, meski demikian dia mengatakan bahwa sejumlah delegasi Arab dan Barat telah mulai mengunjungi Suriah untuk mempersiapkan pembukaan kembali misi diplomatik mereka.
Seminggu sebelum pernyataan Assad tersebut, menteri luar negeri Bahrain mengejutkan banyak pihak setelah dia merangkul menteri luar negeri Bahrain di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York. Gestur bersahabat itu menimbulkan sejumlah pertanyaan apakah sejumlah negara-negara Teluk, yang sebagian besar dari mereka adalah musuh Iran, tengah mempertimbangkan menjalin hubungan kembali dengan Suriah.
Yordania juga telah membuka kembali penyeberangan Nassib ke Suriah pada Oktober lalu, sementara Israel dilaporkan mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan hubungan dengan rezim Assad. Pada bulan yang sama, pelintasan Quneitra di Dataran Tinggi Golan yang diduduki sebagian telah dibuka kembali di bawah pengawasan militer Rusia.
Sementara itu, Turki, pendukung utama terakhir dari oposisi Suriah mengatakan bahwa pihaknya siap untuk terlibat dengan Damaskus jika pemerintah Assad mengadakan menggelar pemilu yang bebas dan adil.
"Jika pemilu demokratis, dan jika itu kredibel maka setiap orang harus mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan rezim Assad," papar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Doha Forum. "Pada akhirnya, rakyat Suriah harus memutuskan siapa yang akan memerintah negara itu setelah pemilu."
Nader Hashemi, direktur Pusat Studi Timur Tengah di University of Denver mengatakan bahwa negara-negara Arab berusaha untuk memainkan peran dalam rekonstruksi Suriah.
"Saya rasa mereka mungkin mencoba untuk merebut Assad dari aliansinya dengan Iran," ungkap Hashemi.
"Prioritas nomor satu bagi rezim Assad hari ini, setelah menghancurkan semua pemberontak adalah rekonstruksi ekonomi. Barat tidak akan berinvestasi dalam rekonstruksi ekonomi, namun ada negara-negara Arab yang sangat kaya yang memang memiliki sumber keuangan. Jadi, saya mencurigai niat mereka adalah untuk melihat apakah Assad dapat dipengaruhi secara finansial sebagai ganti melemahnya aliansi dengan Iran," terang Hashemi.
Perang jangka panjang di Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang dan memaksa jutaan orang mengungsi dari rumah mereka.
Al-Bashir telah menjadi pemimpin Sudan sejak 1989 dan dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Belanda untuk menghadapi tuduhan kejahatan perang yang dilakukan di negaranya sendiri.