close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Dunia
Rabu, 21 Juli 2021 11:07

Protes akibat krisis air berlanjut di Iran

Setidaknya dua pemuda telah ditembak mati dalam protes tersebut. Pejabat menyalahkan pengunjuk rasa yang bersenjata.
swipe

Protes jalanan atas kekurangan air di Iran Barat Daya berlanjut untuk malam keenam pada Selasa (20/7), di tengah meningkatnya kekerasan. Sementara penduduk di Ibu Kota Teheran meneriakkan slogan-slogan antipemerintah, demikian menurut video yang diposting di media sosial pada Rabu (21/7) dan outlet berita Iran.

Beberapa video yang diunggah oleh pengguna media sosial menunjukkan pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa, dan kantor berita semiresmi Fars mengatakan "perusuh" menembak mati seorang polisi dan melukai lainnya di kota pelabuhan Mahshahr di Provinsi Khuzestan.

Di Kota Izeh, sebuah video menunjukkan para demonstran meneriakkan “Reza Shah, berkatilah jiwamu”, merujuk pada raja yang mendirikan dinasti Pahlavi yang digulingkan oleh Revolusi Islam 1979.

Setelah berbagai kelompok oposisi dan aktivis menyerukan demonstrasi untuk mendukung para pengunjuk rasa. Video-video yang muncul pada Selasa (20/7) malam dan Rabu (21/7) pagi, menunjukkan para wanita meneriakkan "Turunkan Republik Islam" di stasiun metro Teheran. Pada malam hari, beberapa orang di ibu kota melampiaskan kemarahan mereka dengan nyanyian terhadap Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Setidaknya dua pemuda telah ditembak mati dalam protes tersebut. Pejabat menyalahkan pengunjuk rasa yang bersenjata, tetapi aktivis mengatakan di media sosial mereka dibunuh oleh pasukan keamanan.

Etnis Arab minoritas Iran, yang sebagian besar tinggal di Provinsi Khuzestan yang kaya akan minyak, telah lama mengatakan mereka menghadapi diskriminasi di negara itu.

Iran menghadapi kekeringan terburuk dalam 50 tahun dan krisis air telah memengaruhi rumah tangga, pertanian dan peternakan, dan menyebabkan pemadaman listrik.

Ekonomi Iran telah dilumpuhkan sebagian oleh sanksi yang dikenakan terutama pada industri minyaknya oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018, serta pandemi Covid-19. Pekerja, di sektor energi utama, dan pensiunan telah memprotes selama berbulan-bulan. Mereka merasakan ketidakpuasan atas salah urusnya negara, pengangguran yang tinggi, dan tingkat inflasi lebih dari 50%.

 Menurut Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (HRANA), setidaknya ada 31 protes di seluruh Iran pada Senin dan Selasa, termasuk demonstrasi oleh pekerja dan petani.

img
Eqqi Syahputra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan