Pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan yang mengakibatkan sejumlah sekolah dan toko di La Paz, Bolivia, ditutup pada Senin (28/10). Mereka turun ke jalan untuk menentang apa yang mereka sebut sebagai penipuan dalam pilpres oleh Presiden Evo Morales.
Bolivia telah diguncang protes sejak pilpres pada Minggu (20/10), ketika Mahkamah Pemilu (TSE) tiba-tiba menangguhkan publikasi hasil penghitungan suara yang mengarah ke tuduhan kecurangan pihak Morales.
Dari 84% suara yang telah dihitung menunjukkan Morales kemungkinan menuju pemungutan suara putaran kedua dengan rival utamanya, Carlos Mesa. Namun, ketika penghitungan suara dilanjutkan setelah jeda hampir 24 jam, hasil menyatakan Morales berhasil meraih kemenangan tipis.
Hasil penghitungan suara terakhir, yang mengikat secara hukum, menyatakan bahwa Morales meraih 47,08% suara sedangkan Mesa hanya meraih 36,51%. Pengumuman itu membuat Morales dapat mengamankan masa jabatan keempatnya.
Dalam demonstrasi pada Senin, para pendukung Morales sempat bentrok dengan pengunjuk rasa antipemerintah. Pendukung Morales di Santa Cruz menggunakan batu dan tongkat kayu untuk melawan polisi dan demonstran antipemerintah di tengah bentrok yang diselimuti gas air mata.
"Kami menuntut agar suara kami dihormati," kata seorang demonstran, Marta Colque, menambahkan bahwa Morales ingin berkuasa selamanya.
Lima pemrotes di Santa Cruz, di mana pengunjuk rasa menggelar aksi sejak Rabu (23/10), menderita luka tembak. Polisi mengatakan mereka sedang mencari orang yang bertanggung jawab atas perbuatan tersebut.
Secara terpisah, baik Morales maupun Mesa berbicara kepada pendukung mereka pada Senin malam. Mereka saling tuduh satu sama lain menghasut kekerasan di Bolivia.
Morales, yang berbicara di El Alto, mengulangi deklarasi kemenangannya. Sementara itu, Mesa kembali meluncurkan tuduhan penipuan kepada Morales di depan orang banyak di La Paz.
"Mereka menduh saya menghasut kekerasan, mereka berbohong tanpa malu," kata Mesa. "Saya di sini antara akan masuk penjara atau duduk di kursi presiden."
Dia mengatakan bahwa rakyat Bolivia telah memutuskan untuk menentang otoritarianisme yang berupaya merampas hak pilih rakyat dalam pilpres.
Dalam wawancara pada Senin, Mesa menegaskan bahwa para pengunjuk rasa antipemerintah tidak akan menerima tawaran berdialog untuk mengakhiri protes. Dia mengklaim, Morales ingin tetap berkuasa tanpa batas waktu yang jelas.
Berorasi di El Alto, Morales mengeluh bahwa beberapa kelompok kecil tidak mengakui kemenangan rakyat Bolivia.
"Sejumlah pihak menggelar aksi untuk mengusir saya. Ada yang menyerukan pemilu ulang, ada yang ingin putaran kedua ... Mereka perlu memahami bahwa kita menang," tegas dia.
Morales mengulangi janji yang dibuat pemerintahnya pada akhir pekan untuk meminta Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) mengaudit hasil pilpres.
Dia mengatakan akan mengadakan pemungutan suara putaran kedua jika OAS menemukan adanya penipuan. TSE dan Morales sama-sama menyangkal adanya kecurangan dalam proses penghitungan suara.