Pasukan keamanan Mesir bentrok dengan ratusan demonstran antipemerintah di kota pelabuhan Suez dalam aksi protes hari kedua terhadap rezim Abdel Fattah el-Sisi. Mereka menembakkan gas air mata dan peluru tajam.
Jumlah pasukan keamanan yang masif juga dipertahankan di Lapangan Tahrir, pusat revolusi Mesir 2011, pada Sabtu (21/9) menyusul protes di sejumlah kota pada Jumat (20/9) menyerukan mundurnya Presiden Sisi.
Demonstrasi semacam itu disebut jarang terjadi setelah Mesir secara efektif melarang protes di bawah UU yang disahkan pascapenggulingan mendiang Mohamed Morsi oleh militer.
Tetapi kemarahan masyarakat yang dipicu atas kenaikan harga telah meluap di Negeri Piramida itu. Pemerintah Sisi sendiri telah memberlakukan langkah-langkah penghematan ketat sejak 2016 sebagai bagian dari paket pinjaman US$12 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Menurut data resmi yang dirilis pada Juli, hampir satu dari tiga orang di Mesir hidup di bawah garis kemiskinan, dengan kurang dari US$1,40 sehari.
Kemarin, para pemrotes menuju ke pusat Kota Suez. Mereka berhadapan dengan pasukan keamanan yang membarikade jalan-jalan.
"Ada sekitar 200 orang. Mereka (pasukan keamanan) menembakkan gas air mata, peluru karet dan peluru tajam. Sejumlah orang terluka," ungkap seorang pria yang ambil bagian dalam aksi protes kepada AFP.
Seorang warga, menuturkan bahwa gas air mata sangat pekat hingga mencapai blok apartemennya yang terletak beberapa kilometer jauhnya dari pusat kota di mana bentrokan terjadi.
"Baunya datang melalui balkon. Saya melihat sejumlah pemuda berlari dan bersembunyi," kata perempuan tersebut.
Pada Jumat malam, ratusan warga Mesir berduyun-duyun turun ke jalan-jalan di Kairo. Mereka meneriakkan sejumlah slogan, termasuk "Leave, Sisi!".
Seorang sumber keamanan mengungkapkan kepada AFP, setidaknya 74 orang ditangkap pascabentrokan antara massa dan polisi di ibu kota.
Protes terjadi setelah Mohamed Ali, seorang pebisnis di pengasingan yang juga rival Sisi, mengunggah ajakan untuk turun ke jalan. Pada Sabtu kemarin, dia mengunggah sebuah video memohon warga Mesir untuk bergabung dengan parade jutaan orang pada Jumat (27/9) mengisi seluruh lapangan-lapangan utama di negara itu.
"Ini adalah revolusi rakyat ... Kita harus menjadi satu," kata dia di unggahan Facebook-nya.
Oposisi telah mengunggah video sejak awal September, yang isinya menuduh Sisi dan militer korup. Sisi membantah tuduhan tersebut, menegaskan bahwa dia jujur dan setia terhadap rakyat dan militernya.
Sementara itu media sosial diramaikan dengan ribuan orang yang membagikan cuplikan demonstrasi pada Jumat, yang terjadi di beberapa kota, termasuk kerumunan orang yang cukup besar menghalangi lalu lintas di Alexandria, Al-Mahalla, Damietta, Mansoura dan Suez.
"Ini adalah pertama kalinya orang turun ke jalan dalam beberapa tahun tetapi saya tidak yakin itu akan menjadi yang terakhir," kata Nael Shama, seorang pengamat politik.
Di bawah pemerintahan Sisi, pihak berwenang telah meluncurkan penumpasan luas terhadap para pembangkang, memenjarakan ribuan aktivis Islam serta aktivis sekuler dan blogger populer.
Badan akreditasi media asing pemerintah mengeluarkan pernyataan pada Sabtu malam yang memperingatkan para jurnalis internasional bahwa pelaporan "tidak boleh dibesar-besarkan", tanpa secara eksplisit menyebut protes.