Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny, pada Rabu (31/3) melakukan aksi mogok makan untuk memprotes penolakan petugas penjara untuk memberikannya akses terhadap perawatan medis yang tepat.
"Saya memiliki hak untuk memanggil dokter dan mendapatkan obat. Mereka tidak memberi saya apa pun. Sakit punggung saya telah berpindah ke kaki," tutur Navalny.
Navalny memberi tahu kepala penjara di Pokrov, Vladimir, bahwa dia akan melakukan mogok makan dalam surat yang ditulisnya dengan tangan.
"Saya mengumumkan aksi mogok makan dengan tuntutan agar hukum dipatuhi dan saya diperiksa oleh dokter dari luar," lanjutnya.
Salah satu pengacara Navalny pekan lalu mengatakan, tokoh oposisi Rusia tersebut menderita sakit punggung akut yang memengaruhi kemampuannya untuk berjalan.
Navalny pada Rabu turut menyinggung bahwa dia menerima "siksaan" dari petugas penjara.
"Alih-alih bantuan medis, saya disiksa dengan kurang tidur, mereka membangunkan saya delapan kali semalam. Selain itu, pemerintah membujuk para narapidana lainnya untuk mengintimidasi narapidana biasa. Sehingga mereka tidak membersihkan sekitar tempat tidur saya," jelas Navalny.
Sekelompok dokter Rusia baru-baru ini memulai petisi online yang menyerukan otoritas penjara untuk mengizinkan Navalny dirawat oleh dokter dari luar penjara.
Layanan penjara Rusia dalam sebuah pernyataan pada Rabu menyatakan, Navalny menerima semua perawatan medis yang dia butuhkan dan diperlakukan sama seperti narapidana lainnya.
"Prosedur untuk mengatur pengawasan narapidana, termasuk A Navalny, dilakukan sesuai dengan persyaratan undang-undang yang berlaku untuk semua narapidana tanpa kecuali," demikian pernyataan dari Lembaga Pemasyarakatan Federal Rusia (FSIN).
Sebagai seorang kritikus pemerintah yang vokal dan pejuang anti-korupsi, Navalny telah lama dianggap sebagai duri bagi Presiden Vladimir Putin.
Navalny hampir meninggal setelah dia diracuni dengan agen saraf ilegal, Novichok, pada Agustus 2020.
Rusia menyangkal keterlibatannya dalam kasus peracunan Navalny. Namun, beberapa pejabat Barat dan Navalny sendiri secara terbuka menyalahkan Kremlin.
Navalny kembali ke Rusia pada Januari setelah lima bulan tinggal menjalani perawatan di Jerman.
Setibanya di Rusia, Navalny segera dipenjara karena melanggar ketentuan masa percobaan dari kasus pada 2014. Di mana ia menerima hukuman percobaan tiga setengah tahun.