Kementerian Luar Negeri Meksiko pada Rabu (25/12) meminta bertemu dengan kuasa usaha atau charge d’affaires Bolivia untuk memprotes pelecehan dan intimidasi personel diplomatiknya di Kota La Paz, Bolivia.
Sejak Senin (23/12), Meksiko menuduh Bolivia meningkatkan kehadiran polisi di luar kedutaan besarnya dan mengintimidasi para diplomat.
Perselisihan kedua negara terjadi setelah Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador pada bulan lalu memberikan suaka politik kepada mantan Presiden Bolivia Evo Morales, seorang yang sama-sama berhaluan kiri.
Kementerian Luar Negeri Meksiko mengatakan, pihaknya mendesak diadakannya pertemuan pada Kamis (26/12) agar mendapat penjelasan atas perilaku pemerintah Bolivia.
"Sembilan orang yang berada di fasilitas diplomatik di Bolivia di bawah perlindungan Meksiko," sebut Kementerian Luar Negeri Meksiko dalam pernyataannya.
Dalam sepucuk surat kepada Kementerian Luar Negeri Bolivia tertanggal Selasa (24/12), Kedutaan Besar Meksiko menyatakan bahwa jumlah petugas polisi di sekitar fasilitasnya meningkat sejak November dan mereka juga mendeteksi keberadaan pesawat pengintai di atas bangunan diplomatik tersebut.
"Lebih dari melindungi situs-situs ini dan personel diplomatik Meksiko ... mereka mengintimidasi staf dan menganggu kedamaian dan martabat perwakilan diplomatik," demikian bunyi surat yang dirilis pada Rabu malam.