Pemerintah Arab Saudi dilaporkan telah menangkap Pangeran Khaled bin Talal bin Abdulaziz, anggota Dewan Pengawas, untuk kedua kalinya. Penangkapan ini terjadi beberapa hari setelah kematian ayahnya, Pangeran Talal bin Abdulaziz yang merupakan salah satu pendukung reformasi di negara itu.
Surat penangkapan Pangeran Khaled bin Talal kabarnya dikeluarkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Sang pangeran ditangkap pada Rabu (26/12) pagi, dan tidak ada tuduhan yang diajukan terhadapnya.
Pangeran Khaled bin Talal sebelumnya ditangkap pada Januari dan dibebaskan pada 3 November. Dia telah membela hak-hak tahanan yang ditahan di Ritz-Carlton Hotel tahun lalu untuk mendapat proses hukum yang adil.
Khaled bin Talal adalah saudara dari Pangeran Alwaleed bin Talal, miliarder yang mendunia lewat investasi-investasinya di sejumlah perusahaan Barat.
Alwaleed bin Talal sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak pangeran yang ditahan dalam langkah yang secara terbuka disebut sebagai kampanye antikorupsi yang dipimpin oleh MBS.
Pangeran Khaled bin Talal dibebaskan di bawah tekanan dari Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, yang menyatakan syarat kembalinya dia ke Arab Saudi adalah dilepaskannya para pangeran yang ditahan.
Pada akhirnya, Ahmed bin Abdulaziz yang merupakan saudara dari Raja Salman memang kembali ke Arab Saudi pada Oktober lalu. Dia dilaporkan pulang untuk mengadakan pembicaraan terkait krisis yang mencakup suksesi kerajaan, yang bersumber dari kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.
MBS diduga kuat mendalangi kematian Khashoggi, jurnalis yang belakangan menjadi kritikus vokal Kerajaan Arab Saudi. Atas hal ini, tekanan terhadap MBS meningkat bahkan muncul desakan agar dia lengser sebagai pewaris takhta.
Ahmed bin Abdulaziz yang selama ini tinggal di London, takut bepergian ke Arab Saudi, karena mengira nyawanya bisa saja terancam mengingat dia adalah calon potensial pengganti MBS.
Pangeran Ahmed bin Abdulaziz yang merupakan satu-satunya saudara laki-laki Raja Salman yang masih hidup diduga kembali ke Riyadh dengan jaminan perlindungan dari para pejabat Eropa.
"Saya dengar Pangeran Ahmed direkomendasikan untuk menjadi raja, tidak hanya oleh keluarga kerajaan tapi juga oleh pejabat Eropa. Dia sangat populer saat ini di kalangan keluarga kerajaan," ungkap seorang pangeran yang berasal dari garis saingan keluarga kerajaan.
Pangeran yang sama mengklaim bahwa mereka dapat menghidupkan kembali Dewan Kesetiaan yang dibentuk lebih dari satu dekade lalu untuk mengumumkan suksesi kerajaan. Sejak 2012, tahun di mana Raja Salman diangkat sebagai putra mahkota tanpa masukan dari Dewan Kesetiaan, dewan itu dianggap telah mati suri.
Ahmed bin Abdulaziz adalah salah satu dari Sudairi Seven, sebutan bagi aliansi berisi tujuh saudara putra mendiang Raja Abdulaziz al-Saud yang paling berkuasa. Dua di antara mereka telah melayani sebagai raja.
Di Riyadh, seseorang yang dekat dengan istana kerajaan menuturkan bahwa Pangeran Ahmed bin Abdulaziz tidak tertarik menjadi raja, namun dia dapat menjadi putra mahkota sementara sampai seseorang yang lebih layak terpilih.
"Pangeran Ahmed hanya ingin memastikan bahwa keluarga kerajaan keluar dari jalan buntu ini. Dia tidak ingin menjadi raja, namun bersedia menjadi putra mahkota untuk memungkinkan orang lain diangkat dalam posisinya," sebut orang itu.
Meski demikian, orang-orang di lingkar kerajaan dan para ahli menyatakan, merujuk pada popularitas, kekuatan, dan hubungan dekatnya dengan Raja Salman, akan sangat sulit menggeser posisi MBS.
"MBS mengenggam seluruh kekuasaan termasuk jaksa penuntut, dan dokumen keamanan sehingga tidak ada yang bisa dilakukan tanpa dia," kata seorang warga Saudi. (Middle Eyes Monitor)