Nyaris lima belas tahun setelah tsunami di Samudra Hindia menewaskan ratusan ribu orang pada 2004, sebuah kontainer di kantor polisi di Thailand selatan menjadi saksi bagi ratusan korban yang jasadnya belum teridentifikasi.
Di dalam kontainer tersebut terdapat sejumlah barang seperti dompet, dokumen, dan elektronik, yang dikantongi dan dilabeli sebagai "barang bukti". Polisi berharap suatu hari dapat mengidentifikasi nama bagi ratusan jasad yang dikubur dengan nisan bertuliskan angka.
"Masih ada banyak kerabat korban, baik dekat maupun jauh, berharap menemukan orang yang mereka cintai," kata Wakil Komandan Polisi Distrik Takua Pa Kolonel Khemmarin Hassini.
Distrik Takua Pa merupakan salah satu daerah yang paling parah terkena tsunami.
Tsunami 2004 yang dipicu oleh gempa magnitudo 9,1 menewaskan lebih dari 230.000 jiwa di sejumlah negara. Di Thailand, di mana lebih dari 5.000 orang meninggal, unit Identifikasi Korban Bencana (DVI) yang melibatkan polisi dan ahli forensik dari 30 negara mampu mengidentifikasi lebih dari 3.600 jasad dalam waktu kurang dari dua tahun.
Kolonel Khemmarin adalah bagian dari tim tersebut. Namun dia menuturkan, 15 tahun setelahnya banyak saluran komunikasi ditutup dan arahan tidak lagi terdengar.
"Jika kita cukup bertekad dan mengaktifkan kembali operasi ... Menurut saya, beberapa dari 340 jasad tak dikenal bisa diidentifikasi," kata dia kepada Reuters.
Hin Temna (76) yang tinggal di Desa Ban Nam Khem kehilangan tujuh anggota keluarganya. Putri tertuanya hingga kini belum diketahui keberadaannya. Mereka ada di antara lebih dari 1.500 orang dari desa itu yang tewas akibat bencana tersebut.
"Tidak ada gunanya untuk terus berharap (saya akan menemukan putri saya)," kata dia.