Ratusan ton ikan mati mengambang di Danau Song May di provinsi Dong Nai di Vietnam, otoritas setempat mengonfirmasi pada 29 April 2024.
Seorang pria setempat yang tinggal di distrik tepi danau mengatakan kepada AFP bahwa semua ikan mati karena kekurangan air seperti disitir Mothership.
Ikan-ikan mati karena menyusutnya permukaan air di tengah gelombang panas yang meranggas di wilayah tersebut. Hawa panas telah memecahkan rekor dan membuat sekolah-sekolah tutup.
Ikan mati menyelimuti seluruh pemandangan waduk Song May seluas 300 hektar di provinsi Dong Nai pekan ini dan hampir tidak ada air yang tersisa.
Media lokal melaporkan, setidaknya 200 ton ikan mungkin mati dalam beberapa hari terakhir.
Wilayah ini sedang berkutat dengan cuaca panas yang hebat, sama seperti wilayah Asia Tenggara dan Selatan lainnya, di mana tiada curah hujan selama beberapa pekan.
Laporan media lokal menyalahkan suhu yang sangat panas dan kesalahan pengelolaan bendungan sebagai penyebab kematian massal.
Ketinggian air di waduk telah menurun dalam beberapa pekan terakhir. Pengelola waduk membuang air untuk mencoba menyelamatkan tanaman di hilir, namun upaya mereka sia-sia.
Perusahaan yang bertanggung jawab mengelola danau tersebut mulai melakukan pengerukan pada awal tahun 2024, berencana untuk melepaskan air tambahan ke dalam reservoir untuk ikan dan untuk membersihkan sedimen dan puing-puing.
Namun, karena suhu terus meningkat, perusahaan memutuskan untuk membuang air yang telah dikeruk dari waduk ke daerah hilir daripada mengembalikannya ke waduk, sehingga menyebabkan permukaan air turun, menurut surat kabar Tuoi Tre.
“Akibatnya, ikan-ikan mati secara massal,” lapor surat kabar tersebut disitat The Independent.
Warga mengatakan bau dari waduk setelah kematian massal sangat menyengat.
“Hidup kami terbalik selama 10 hari terakhir karena baunya,” kata seorang penduduk lokal di distrik Trang Bom, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Nghia, kepada AFP.
Gambar-gambar menggambarkan dampak yang suram, ketika warga menavigasi perairan keruh waduk di tengah lautan ikan mati.
Di provinsi Dong Nai saja, suhu melonjak hingga 40 derajat Celsius, memecahkan rekor yang dicapai dua dekade lalu.
Negara-negara Asia Tenggara dan Selatan sedang mengalami gelombang panas “bersejarah” dengan kondisi yang sangat terik sehingga mendorong tindakan darurat di seluruh wilayah.
“Ribuan rekaman dicatat di seluruh Asia, dan ini merupakan peristiwa paling ekstrem dalam sejarah iklim dunia,” tulis sejarawan cuaca Maximiliano Herrera di X.
Sementara itu, di India, setidaknya sembilan kematian dilaporkan akibat dugaan serangan panas di tengah pemilu nasional yang sedang berlangsung.
Organisasi internasional memperingatkan tahun 2024 bisa menjadi tahun yang sangat panas dan memecahkan rekor tahun lalu yang merupakan rekor terpanas sejauh ini.(independent,mothership)