Remaja 14 tahun yang melakukan penembakan fatal di mal Bangkok pada hari Selasa ternyata telah berlatih di lapangan tembak tentara lebih dari 20 kali, ungkap polisi Thailand pada hari Jumat.
Mayor Jenderal Polisi Theeradej Thammasuthee, komandan divisi investigasi Biro Kepolisian Metropolitan, membenarkan bahwa remaja itu berlatih di Lapangan Tembak Pertahanan Teritorial di distrik Phra Nakhon, Bangkok.
“Tersangka mengatakan saat diinterogasi polisi bahwa sehari sebelum serangan fatal itu, dia berlatih menembak lebih dari 20 kali,” kata perwira senior itu.
Petugas mencatat bahwa lapangan tembak hanya untuk anggota, dan setiap pengguna di bawah 18 tahun harus didampingi oleh anggota dewasa.
Pada Selasa sore, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun bersenjatakan senjata kosong yang dimodifikasi melepaskan tembakan ke arah orang-orang di mal Siam Paragon, menyebabkan dua orang tewas dan lima lainnya luka-luka.
Sebuah klip video yang beredar di media sosial memperlihatkan remaja 0tersebut melepaskan serangkaian tembakan ke sasaran tembak di tempat yang kemudian diidentifikasi sebagai Lapangan Tembak Pertahanan Teritorial.
Tentara Kerajaan Thailand, yang mengelola lapangan tembak, menemukan bahwa remaja tersebut bukan anggota, jadi kemungkinan dia datang bersama anggota dewasa, kata sebuah sumber pada Jumat.
Pemeriksaan rekaman video dari kamera keamanan lapangan tembak selama 10 hari terakhir tidak menemukan tersangka penembakan, menurut sumber tersebut.
Staf lapangan tembak diinstruksikan untuk mengumpulkan informasi tentang penggunaan fasilitas tersebut oleh tersangka, menurut sumber tersebut.
Tentara telah memberikan informasi kepada penyelidik polisi yang menangani kasus ini, kata sumber itu.
Menurut situs webnya, lapangan tembak buka setiap hari mulai jam 10 pagi hingga 6 sore, tanpa “hari libur”.
Pusat Penahanan Remaja telah mengirim tersangka penembakan ke Institut Galya Rajanagarindra untuk evaluasi dan perawatan psikiatris atas saran dokter, kata Menteri Kehakiman Tawee Sodsong pada hari Jumat.
Dia menolak untuk membahas masalah mental anak laki-laki tersebut, dan mengatakan bahwa mengungkapkan rincian kondisi kesehatannya bertentangan dengan hak pribadi anak tersebut.
Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, remaja tersebut dikirim ke Institut Galya Rajanagarindra pada Kamis sore setelah Pusat Penahanan Remaja menyimpulkan bahwa evaluasi kesehatan mental seorang spesialis diperlukan karena ini adalah kasus kriminal yang serius.
Pengadilan Remaja dan Keluarga Pusat pada hari Rabu memerintahkan tersangka muda untuk ditahan di Pusat Penahanan Remaja.
Pengadilan telah menolak permintaan polisi agar remaja tersebut dikirim ke Institut Galya Rajanagarindra untuk evaluasi dan perawatan dengan alasan bahwa penyelidik gagal memberikan bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa tersangka menderita penyakit mental.