Saat ini Republik Ceko sedang menghadapi gelombang migran yang datang ke negara tersebut. Pembaharuan kebijakan atas pemeriksaan di perbatasan dipandang dapat mengatasi permasalahan ini. Gelombang migran yang cukup banyak akan membuat risiko cukup besar bagi negara Ceko.
Dilansir dari ABC, Rabu (28/9), pemerintah Ceko memutuskan untuk memberlakukan perbatasan di dekat Slovakia. Terdapat 27 titik perbatasan yang diberlakukan pemerintah Ceko saat ini sejak dari seminggu yang lalu.
Slovakia juga sudah menerima keputusan tersebut, namun nanti akan tetap membahas di forum Uni Eropa. 27 wilayah perbatasan tersebut masuk dalam zona Schengen yang membuat bebas visa.
Pada saat ini juga, sebanyak 650 polisi dan petugas bea cukai akan dikerahkan untuk melakukan pemeriksaan. Sepanjang 251 km, wilayah perbatasan ini akan membuat orang–orang dilarang melintasi. Namun, untuk petani, rimbawan dan nelayan yang memiliki aktivitas di sekitar wilayah tersebut masih akan bebas beraktivitas melintasi wilayah tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Ceko juga mengungkapkan, pada tahun ini pihak berwenang sudah menahan sebanyak hampir 12.000 migran illegal yang memasuki wilayah negara ini. Kebanyakan juga dari jumlah migran ini berasal dari Suriah.
Jumlah itu juga melewati rekor yang terjadi pada 2015 yang berjumlah 125 migran. Tentunya ini juga menjadi angka cukup signifikan untuk hadirnya migran ilegal yang melintasi negara tersebut.
Kementerian juga mengatakan, para migran ini manjadikan Republik Ceko sebagai negara transit. Tujuan mereka adalah menuju ke wilayah barat Eropa.
Salah satu alasan Ceko menjadi negara awal karena akses yang mudah dan pemeriksaan tidak terlalu ketat dibandingkan negara lain.
Tentunya ini menjadikan pembaruan bagi peraturan untuk menyambut para imigran ke depannya. Perlunya peningkatan dalam penjagaan perbatasan akan meminimalisir kasus migran ilegal yang akan memasuki Ceko.
Masuknya migran secara ilegal juga akan membahayakan negara ini.