Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, mengkritik Gerakan Non-Blok (GNB) dalam mengupayakan kemerdekaan Palestina. Menurutnya, segala upaya yang dilakukan "tidak semanis" dengan komitmennya sehingga isu ini selalu menjadi agenda GNB.
"Isu Palestina tetap berada dalam agenda Gerakan Non-Blok dan masih belum terselesaikan adalah karena adanya kesenjangan antara komitmen dengan apa yang sesungguhnya dilaksanakan oleh GNB," tutur dalam Pertemuan Tingkat Menteri GNB di New York, Amerika Serikat (AS), pada Sabtu (24/9) waktu setempat.
"Kita tidak melakukan walk the talk; kita hanya bicara, tapi tidak berbuat," imbuh dia, menukil situs web Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Menurut Retno, GNB dapat memainkan peran lebih besar dalam mengupayakan perdamaian di Palestina. Pangkalnya, berisikan 120 negara atau memiliki 60% suara di PBB.
"Ini jelas akan membawa perbedaan," katanya. "Selain itu, saat ini, terdapat 5 negara GNB yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB."
Retno lalu menyitir pernyataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, tentang kekerasan di Palestina yang terus berlanjut dan berpotensi menghambat perdamaian. Dia pun mendorogn GNB merapatkan barisan dan menyatukan posisi guna memastikan terwujudnya perdamaian bagi Palestina.
"Dengan 139 negara telah mengakui Palestina sebagai negara, kita harus terus berjuang untuk kemerdekaan Palestina hingga kemerdekaan Palestina tercapai," ucapnya.
Indonesia, lanjut Retno, tetap beridiri di jajaran paling depan dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dirinya juga menyinggung komitmen RI mendukung solusi dua negara (two-state solution).