Ribuan warga Korea Selatan melancarkan protes di luar Kedutaan Besar Jepang di Seoul pada Rabu (14/8). Peringatan bagi para gadis dan perempuan Korea Selatan yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil Jepang yang jatuh pada hari ini terjadi di tengah ketegangan politik dan ekonomi kedua negara.
"Hari ini sangat berarti," kata Choi Kyun-kee, seorang pemimpin protes yang menurut penyelenggara dihadiri oleh 20.000 orang.
Menjelang unjuk rasa yang berlangsung pada 14-15 Agustus, Jepang telah merilis travel advisory.
Korea Selatan memperingati 15 Agustus sebagai hari pembebasan nasional dari Jepang.
Hubungan antara dua sekutu AS ini memburuk setelah tahun lalu Mahkamah Agung Korea Selatan memutuskan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang harus membayar kompensasi kepada sejumlah pekerja paksa Perang Dunia II.
Jepang menekankan bahwa persoalan kompensasi bagi para wanita penghibur ini telah diselesaikan di bawah perjanjian 1965 yang juga menjadi dasar hubungan diplomatik kedua negara. Dan di bawah kesepakatan 2015, Jepang telah meminta maaf dan akan menggelontorkan 1 miliar yen untuk menyantuni para korban.
Pada 2015, terdapat 46 mantan wanita penghibur yang masih hidup.
Namun, tahun lalu Korea Selatan membubarkan pendanaan tersebut dengan menyebutnya cacat. Selain itu, Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan menjadikan 14 Agustus sebagai hari peringatan bagi para wanita yang dipaksa menjadi penghibur pasukan Jepang.
Di luar Kedubes Jepang, pengunjuk rasa menuntut Tokyo mencabut pembatasan ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi ke negara mereka, yang dinilai sebagai tindakan pembalasan atas keputusan Mahkamah Agung Korea Selatan.
"Kami telah lama mendesak Jepang untuk minta maaf, tetapi mereka masih belum mengakui masa lalu," ungkap Noh Min-ock, seorang siswa berusia 19 tahun yang bergabung dengan protes. "Mereka malah membalas, melakukan pembalasan ekonomi, dan itu membuat saya benar-benar marah."
Di bagian lain Seoul, para pejabat kota itu merilis patung baru yang disumbangkan oleh sekelompok keturunan Korea-AS untuk memperingati para wanita yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang.
Saat ini terdapat 20 mantan wanita penghibur yang dilaporkan masih hidup.