Seorang pria Korea Selatan tewas ditabrak oleh robot industri yang mengira dia adalah sekotak sayuran. Insiden itu terjadi saat pria berusia 40-an tahun itu sedang memeriksa masalah pada sensor robot di pusat distribusi hasil pertanian di provinsi Gyeongsang Selatan.
Menurut kantor berita Yonhap, robot yang sedang meletakkan kotak-kotak paprika di atas palet, menangkap pekerja tersebut.
Lengan robot tersebut mendorong pria tersebut ke ban berjalan, meremukkan wajah dan dadanya. Dia dilarikan ke rumah sakit tetapi kemudian meninggal.
Seorang pejabat dari Kompleks Pertanian Ekspor Dongseong, pemilik pabrik tersebut, menyerukan agar sistem yang “tepat dan aman” dibuat dalam sebuah pernyataan setelah kecelakaan tersebut.
Bukan pertama
Ini merupakan kecelakaan serius kedua yang melibatkan robot industri di Korea Selatan dalam hitungan bulan.
Pada bulan Maret, seorang pria berusia 50-an menderita cedera serius setelah terjebak oleh robot di sebuah pabrik mobil.
Dan pada tahun 2015, seorang pekerja berusia 22 tahun di pabrik Volkswagen Jerman dibunuh oleh robot.
Robot industri telah digunakan selama beberapa dekade untuk melakukan tugas rutin mulai dari perakitan hingga penyortiran barang.
Fungsi utamanya adalah untuk menangani tugas yang berulang dan, terkadang, berpotensi berbahaya.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh American Journal of Industrial Medicine awal tahun ini menyebutkan 41 orang telah dibunuh oleh robot industri di AS antara tahun 1992 dan 2017.
Mayoritas kecelakaan fatal – 83% – disebabkan oleh robot yang tidak bergerak, dan sisanya disebabkan oleh robot yang bergerak.
Penuntutan telah dilakukan, seperti ketika Bart Matthews dibunuh pada tahun 1992 oleh robot industri di Silicon Valley. Matthews, yang bekerja sebagai operator robot di Cybernetics Inc, terbunuh ketika robot yang dia operasikan tidak berfungsi dan mulai mengayunkan “lengannya” dengan keras, menyerang Matthews.
Dari kasus-kasus kematian oleh robot, hampir empat dari lima kecelakaan terjadi selama pemeliharaan rutin robot, bukan saat mereka menjalankan tugasnya.
29 ilmuan dibunuh robot
Sempat viral di media sosial awal tahun ini, kabar bahwa robot AI di sebuah laboratorium percobaan di Korea Selatan telah membunuh 29 ilmuan. Kabar lain menyebut peristiwa itu terjadi di Jepang.
Salah satu unggahan menunjukkan video seorang ufologis, Linda Moulton Howe berbicara tentang peristiwa itu.
“Di sebuah perusahaan robotika ternama di Jepang minggu ini, empat robot yang sedang dikembangkan untuk aplikasi militer membunuh 29 manusia di laboratorium. Dan mereka melakukannya dengan menembakkan apa yang disebutnya peluru logam. Saya tidak tahu ada jenis lainnya. Bagian yang paling menakutkan adalah pekerja laboratorium menonaktifkan dua robot, membongkar robot ketiga, namun robot keempat mulai memulihkan dirinya sendiri dan entah bagaimana terhubung ke satelit yang mengorbit untuk mengunduh informasi tentang cara membangun kembali dirinya sendiri dengan lebih kuat dari sebelumnya,” katanya.
Seperti dikutip Reuters, Linda tidak merinci tempat, waktu dan siapa yang menjadi korban. Reuters yang mencoba menelusuri kabar ini kemudian menyebut tidak ada bukti yang mendukung pernyataan Linda.
Kantor Kebijakan Robotika Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang juga mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui hal itu.
“Sepengetahuan kami, sebenarnya tidak ada dasar mengenai masalah yang Anda tanyakan (29 ilmuan tewas oleh robot),” jawab Kementerian itu dalam email jawabannya kepada Reuters.
Linda juga muncul dalam sebuah video memaparkan temuannya itu yang ia klaim terjadi pada Juli 2017. Namun, ini akhirnya dianggap hanya sebagai teori konspirasi karena tidak ada bukti.(stuff,reuters)