Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Kamis (7/2), mengecam kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang disebutnya provokasi untuk menciptakan intervensi militer terhadap Venezuela. Pernyataan itu disampaikan Lavrov dalam kunjungannya ke Meksiko.
Rusia dan AS berselisih soal Venezuela, negara di mana perusahaan minyak dan penasihat militer Rusia memainkan peran penting dalam mendukung pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
AS dan puluhan negara lainnya telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sah Venezuela. Washington telah menjatuhkan sejumlah sanksi dalam upaya mengusir Maduro dari kursi kepresidenan.
Lavrov mengutuk upaya AS menyingkirkan Maduro, menyebutnya sebagai tindakan yang tidak berguna. Menurut dia, tekanan Washington terhadap Venezuela justru merupakan langkah kontraproduktif.
"Tidak ada yang bisa memecahkan masalah bagi Venezuela kecuali mereka sendiri ... Kami melihat upaya AS sebagai dalih lain untuk melakukan intervensi militer," kata Lavrov. "Rusia dan Meksiko setuju bahwa ini akan sangat tidak dapat diterima."
Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard pada Kamis (6/2). Lavrov menyebut kebijakan luar negeri AS ketinggalan zaman, menuduh Washington melakukan taktik intimidasi.
"AS berpikir bahwa segala cara diizinkan. Sementara itu, mereka mengancam lawan bicara, termasuk dengan hukuman dan sanksi," kata dia.
Lebih lanjut, Lavrov menyambut baik kerja sama Rusia dengan Meksiko. Menlu Ebrard tidak ikut memberikan pernyataan bersama dengannya di Mexico City, berbeda dengan ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berkunjung pada 2019.
"Itu omong kosong dan hanya menunjukkan betapa pemerintahan kali ini tunduk pada AS," tutur mantan Menlu Meksiko Jorge Castaneda.
Baik Meksiko maupun Rusia menyerukan agar Guaido dan Maduro mengadakan perundingan untuk mencari solusi. Namun, Meksiko tidak begitu vokal terkait isu Venezuela karena dinilai berupaya menjaga hubungan baik dengan AS.