Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyayangkan langkah sepihak Amerika Serikat yang secara resmi menarik diri dari Traktat Pembatasan Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) pada 2 Agustus. Washington menuduh Moskow telah melanggar perjanjian tersebut.
Vorobieva menyatakan bahwa perjanjian yang ditandatangani kedua negara pada 1987 itu merupakan kesepakatan untuk membangun arsitektur keamanan regional dan global.
"Rusia benar-benar menyesalkan langkah AS tetapi ini bukan pertama kalinya mereka bertindak seperti itu," kata dia dalam pengarahan media di kediamannya di Kuningan, Jakarta, pada Rabu (4/9).
Menurut Dubes Vorobieva, belakangan ini AS kerap mengambil langkah-langkah untuk mengikis perjanjian pengendalian senjata internasional yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka.
Beberapa pekan setelah mundur dari INF, Washington mengaku bahwa pihaknya telah melakukan uji coba rudal jelajah jarak menengah yang dapat mencapai target lebih dari 500 kilometer.
"Uji coba itu memperjelas tujuan penarikan diri AS dari INF. Bahkan semua tuduhan yang mereka tujukan kepada Rusia, mengatakan bahwa kami melanggar perjanjian, tidak memiliki bukti," ungkap Dubes Rusia.
Dubes Vorobieva menyatakan sesuai dengan omongan Presiden Vladimir Putin, Rusia akan mengambil langkah-langkah komprehensif untuk memastikan keamanan nasional.
"Kami meminta AS membatalkan segala uji coba rudal jarak menengah dan mencontoh Rusia dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas global," tegasnya.
Dubes Vorobieva menyatakan Rusia tetap terbuka untuk melakukan dialog konstruktif dengan AS untuk memulihkan kepercayaan dan memperkuat keamanan dunia.
Tawaran kembali bergabung dengan G7
Dalam kesempatan yang sama, Dubes Vorobieva juga menanggapi pernyataan Presiden Donald Trump yang mengajak Rusia untuk kembali bergabung dengan G7.
Vorobieva menegaskan bahwa Rusia tidak meminta dan tidak terlalu tertarik untuk kembali ke G7.
"Kami tidak terlalu tertarik dengan format pertemuan G7. Kami pikir sekarang ada format yang jauh lebih relevan, seperti G20, untuk membahas persoalan global," jelasnya.
Dia mengatakan, Rusia akan mempertimbangkan untuk bergabung jika sudah mendapatkan proposal penawaran resmi dari G7.
"Namun, perlu ditekankan bahwa dari Rusia sendiri tidak meminta atau mengusulkan untuk kembali bergabung dengan G7," tambahnya.
Dubes Vorobieva menilai, apa yang telah dibahas selama KTT G7 pada akhir Agustus di Prancis hanya menyoroti bahwa banyak isu global yang tidak dapat diselesaikan tanpa partisipasi Rusia.
"Semua pembicaraan tentang sanksi ekonomi untuk mengisolasi Rusia itu sia-sia," kata dia. "Sekarang, untungnya akal sehat mereka sudah mulai kembali."