close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pemberontak Suriah yang didukung Turki di perbatasan, Akcakale, Turki, Minggu (20/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Stoyan Nenov
icon caption
Pemberontak Suriah yang didukung Turki di perbatasan, Akcakale, Turki, Minggu (20/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Stoyan Nenov
Dunia
Rabu, 23 Oktober 2019 12:36

Rusia-Turki sepakat singkirkan pasukan Kurdi dari perbatasan Suriah

Perjanjian Rusia-Turki mendukung kembalinya pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad ke perbatasan bersama pasukan Rusia.
swipe

Pasukan Suriah dan Rusia akan dikerahkan ke timur laut Suriah untuk menyingkirkan militan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan persenjataan mereka dari perbatasan Suriah-Turki. Hal itu disetujui berdasarkan kesepakatan pada Selasa (22/10) antara Moskow dan Ankara.

Beberapa jam setelah kesepakatan itu diumumkan, Kementerian Pertahanan Turki menuturkan, Amerika Serikat telah mengatakan kepada pihaknya bahwa pasukan Kurdi sudah ditarik dari zona aman yang diinginkan Turki di Suriah utara.

Dalam pernyataannya, kemenhan menyebut bahwa tidak ada keperluan untuk memulai operasi lanjutan pada tahap ini. Hal itu secara efektif mengakhiri agresi militer Turki terhadap Kurdi di Suriah yang dimulai pada 9 Oktober.

Kesepakatan tersebut menyusul gencatan senjata yang ditengahi AS yang berakhir pada Selasa.

Kondisi di Suriah penuh konflik sejak Presiden Donald Trump mengumumkan penarikan pasukan dua pekan lalu yang menjadi jendela bagi Turki untuk melakukan serangan lintas perbatasan terhadap Kurdi.

Penarikan pasukan AS dari Suriah utara telah dikritik oleh anggota parlemen AS, termasuk sejumlah politikus Partai Republik. Mereka menganggap langkah itu sebagai pengkhianatan terhadap sekutu yang telah membantu Washington melawan ISIS. 

Perjanjian Rusia-Turki yang disepakati di Sochi mendukung kembalinya pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad ke perbatasan bersama pasukan Rusia, menggantikan AS yang telah berpatroli di wilayah itu selama bertahun-tahun dengan bekas sekutu mereka, Kurdi.

Di bawah pakta antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Recep Tayyip Erdogan, kedua negara mengatakan militer Rusia dan penjaga perbatasan Suriah akan mulai menyingkirkan YPG sejauh 30 kilometer dari perbatasan Turki pada Rabu (23/10).

Enam hari setelahnya, pasukan Rusia dan Turki bersama-sama akan mulai berpatroli di zona aman yang telah lama ingin Ankara dirikan di Suriah timur laut.

Wakil Presiden AS Mike Pence menyuarakan dukungan atas pembentukan zona aman tersebut.

"Kami memberikan komunitas internasional kesempatan untuk membangun zona aman antara Turki dan otoritas Kurdi di Suriah yang akan menjamin perdamaian dan keamanan," kata Pence.

Pada Selasa, diplomat senior AS di Suriah, Jim Jeffrey, mengkritik kesepakatan Rusia-Turki dan mempertanyakan apakah Moskow dapat menjamin militan YPG untuk angkat kaki dari wilayah zona aman.

"Kesepakatan tersebut penuh lubang. Yang saya tahu, kesepakatan itu akan menghentikan serangan Turki. Apakah Rusia akan memenuhi komitmen mereka untuk membuat YPG angkat kaki dari wilayah yang didudukinya, saya tidak tahu," tutur dia.

Putin puji kesepakatan Turki-Rusia

Setelah enam jam berbicara dengan Erdogan di Sochi, Putin mengungkapkan kepuasannya terhadap kesepakatan yang dia sebut sangat penting untuk menyelesaikan situasi tegang di perbatasan Suriah-Turki.

Seorang pejabat senior Turki menggambarkan kesepakatan itu sebagai perjanjian luar biasa yang akan mencapai tujuan lama yang diinginkan Ankara, yakni jalur perbatasan yang bersih dari militan YPG.

Turki menganggap YPG sebagai organisasi teroris karena berkaitan dengan gerilyawan di dalam negaranya.

Kesepakatan gencatan senjata dengan Ankara yang dimediasi Washington pada pekan lalu hanya terbatas pada bagian tengah dari garis perbatasan antara kota-kota Suriah, Tel Abyad dan Ras al-Ain, wilayah yang paling digempur oleh pasukan Turki.

Di bawah kesepakatan dengan Moskow, luas wilayah perbatasan tempat YPG akan diminta untuk mundur tiga kali lipat lebih besar daripada wilayah yang dicakup dalam perjanjian AS-Turki.

"Hasil pertemuan Moskow-Ankara di Sochi menunjukkan bahwa Erdogan telah menjadi ahli dalam memanfaatkan AS dan Rusia untuk memaksimalkan keuntungan bagi Turki," ungkap Direktur Program Turki di Washington Institute Soner Cagaptay.

Turki, lanjutnya, akan mendapatkan zona aman yang diinginkannya selama ini.

Zona aman yang ingin didirikan Turki terbentang di sepanjang 440 kilometer perbatasan dengan Suriah timur laut. Erdogan mengatakan dia bisa menerima kehadiran pasukan Suriah di daerah-daerah itu, asalkan tidak ada militan YPG.

Sekitar 300.000 orang terlantar dan 120 warga sipil tewas akibat serangan Turki. Syrian Observatory for Human Rights pada Minggu (20/10) memaparkan bahwa 259 pasukan Kurdi terbunuh dan 196 pemberontak Suriah yang didukung Turki tewas. Namun, Turki mengklaim serangannya menewaskan 765 teroris tanpa ada korban warga sipil Suriah.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan