Pasar keuangan Turki pada Senin (25/6) menyambut positif kemenangan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pemilu presiden dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada pemilu parlemen yang digelar sehari sebelumnya.
Investor asing melihat Turki akan semakin stabil dalam politik dan memiliki arah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, mereka juga masih menunggu arah kebijakan moneter yang akan dimainkan Erdogan.
Erdogan meraih kemenangan besar setelah 15 tahun berkuasa dan akan kembali menguasai Turki hingga 2023. Dia akan memimpin bangsa dengan penduduk sebanyak 81 juta jiwa.
Kendati demikian, suara miring tentang Erdogan tetap saja bergema. Dia dituding diktator dan ingin menjadi “sultan” yang berkuasa sepanjang hayatnya.
Bursa saham BIST 100 naik 2,2% menjadi 97.964 poin. Bukan hanya pasar keuangan yang menyambut positif kemenangan Erdogan, mata uang Turki, lira juga menguat 1,5% terhadap dollar Amerika Serikat sebesar 4,5920. Itu menjadi tren positif bagi Erdogan karena mendapatkan sentimen positif di pasar valuta asing.
“Dalam jangka pendek, pasar mungkin akan bergantung pada periode ketidakstabilan politik yang harus dihindari,” ujar Jason Tuvey, ekonom dari Capital Economics, dilansir Reuters.
“Tapi, demonstrasi bisa secepatnya membalikkan kondisi. Tapi, jika Presiden Erdogan menggunakan kekuatannya untuk menekan kebijakan moneter dan fiskal juga ditakutkan para investor,” imbuhnya.
Erdogan meraih kemenangan 52,5% suara pada pemilu presiden setelah lebih dari 99% suara dihitung. Sedangkan Partai AKP meraih 42,5% kursi parlemen. Itu menjadikan Erdogan menguasai eksekutif dan parlemen.
Investor menyambut baik hubungan yang stabil antara presiden dan parlemen baru. Itu menjadikan kebijakan Erdogan akan mulus mndapatkan dukungan di parlemen.
Lira telah mengalami keruntuhan hingga 17% terhadap dollar AS pada tahun ini. Itu memunculkan kekhawatiran independensi bank sentral yang akan mendapatkan pengaruh dari Erdogan. Pasalnya, Erdogan ingin menurunkan tingkat saham untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Presiden telah berjanji untuk memaksa perunan suku bunga,” kata Phoenix Kalen, pakar strategi di Society Generale. “Komentar presiden itu akan menekan independensi kebijakan moneter bank sentral dalam risiko besar,” ujar Kalen.
Oposisi akui kekalahan
Calon presiden kubu oposisi Muharrem Ince dari Partai Republik Rakyat (CHP) menyatakan pengakuan terhadap kekalahan pada pemilu presiden. “Saya memperingatkan negara berada di bawah rezim berbahaya karena dikuasai oleh satu orang yang memiliki kekuasaan penuh,” ujar Ince dalam konferensi persnya.
Ince menegaskan dirinya menerima hasil pemilu. Dia mengatakan, tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah suara yang diumumkan komisi pemilu dengan suara yang dihitung partainya. Namun, CHP dan kelompok pemantau hak asasi manusia (HAM) mengkomplain tentang kampanye yang tidak seimbang antara kubu propemerintah dan oposisi di Turki.