Sejumlah jajak pendapat tetap memprediksi Barisan Nasional (BN), koalisi politik di Malaysia sejak 1973 yang telah memerintah sejak kemerdekaan tanpa terputus, akan kembali memenangkan pemilu mendatang. Gelombang "tsunami" Melayu yang digadang-gadang akan merontokkan BN, diprediksi tak akan terjadi.
Kendati Pemimpin BN, Perdana Menteri (PM) Najib Razak disebut akan tetap melenggang ke kursi Malaysia-1, namun ia dan kendaraan politiknya itu dianggap gagal, menangkap psikologis warga etnis Melayu. Pasalnya di level akar rumput, warga Melayu sudah mulai kehilangan kesabaran, dengan aib yang melekat pada sosok PM Najib.
Wakil Kanselir Universitas Selangor Profesor Redzuan Othman menandaskan PM Najib memang masih kuat. “Koalisi Barisan Nasional akan menang karena telah mengubah garis batas konstituen untuk menguntungkan partai,” katanya dilansir South China Morning Post. Klaim Redzuan itu didasarkan polling dan statistik di lapangan, yang selalu menunjukkan kuatnya posisi BN--yang mengakar--di kalangan warga etnis Melayu.
Hal itu bisa dijelaskan dari segi psikologis, di mana warga Melayu selalu mengartikulasikan peribahasa turun temurun, “Melayu pantang dicabar”. Peribahasa itu bermakna, orang Melayu tidak mudah diprovokasi. Meskipun banyak berita berseliweran mengaitkan PM Najib dan skandal korupsi, tetap saja orang Melayu tidak peduli.
Namun itu tak berlaku bagi kubu anti-Najib, "tsunami" Melayu tetap ingin menggulung status quo. Meskipun, mereka menyadari itu tidak serta merta menggulingkan PM Najib, paling tidak, kubu oposisi akan menambah jumlah kursi di parlemen. Jika "tsunami" Melayu terjadi, kubu oposisi harus berjuang ekstra keras untuk menambah jumlah kursi dan merebut negara bagian yang penting.
Di Malaysia sendiri memang sudah tampak sinyal di sebagian warga Melayu yang sudah tidak sabar pada PM Najib. Mereka malu dengan skandal korupsi yang menyeret pemimpinnya, sehingga membuat Malaysia jadi sorotan dunia. Bahkan, banyak negara ikut menginvestigasi kasus korupsi 1MDB, mulai dari Amerika Serikat, Swiss, hingga Singapura. Orang Melayu berpikir, negaranya telah menjadi bahan tertawaan negara asing.
Cara Najib menangani kasus itu dinilai Redzuan tidak elegan. Hal itu tampak dari pengabaian dia atas proses penyidikan, membentuk barisan pendukung politik di Barisan Nasional. Ia juga membuang politikus yang melawannya. Merespons itu, kalangan warga Melayu kelas menengah dipastikan kecewa dengan Najib. Apalagi, dia memiliki keterkaitan skandal korupsi dengan pengusaha flamboyan, Low Taek Jhow atau dikenal dengan Jhow Low.
Sebaliknya, kubu oposisi yang kini mengandalkan Mahathir Mohammad (93) mantan diktator, yang sudah taubat dinilai sulit menumbangkan Najib. Meskipun Mahathir sudah berjuang habis-habisan menyerang Najib, tetapi hasilnya tidak terlalu besar.
Etnis melayu memiliki ikatan nasionalisme yang kuat. Mereka bukan dikendalikan oleh ekonomi, tetapi dikendalikan oleh sikap nasionalisme yang mengakar.