Sekitar 4,3 juta anak-anak Ukraina terpaksa mengungsi sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022. Jumlah ini melebihi setengah dari total populasi anak-anak di Ukraina, 7,5 juta jiwa.
"Perang [Rusia-Ukraina] telah menyebabkan salah satu perpindahan anak-anak dalam skala besar tercepat sejak Perang Dunia II," ujar Kepala UNICEF, Catherine Russel, melansir situs web PBB, Jumat (25/3).
Sebanyak lebih dari 1,8 juta anak dari total 4,3 juta yang mengungsi menyebrang ke negara-negara tetangga untuk, yang sebagian tanpa pengawasan orang dewasa. Sementara itu, 2,5 juta jiwa lainnya mengungsi secara internal.
Menurut laporan Kantor HAM PBB (OHCHR), 78 anak tewas dan 105 lainnya terluka di Ukraina sejak perang dimulai. Namun, angka-angka tersebut hanya berdasakan korban yang dapat dikonfirmasi PBB sehingga jumlah sebenarnya berpeluang lebih besar.
Seperti diketahui, perang invasi Rusia menghancurkan infrastruktur sipil dan akses layanan kebutuhan dasar di Ukraina. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, 52 serangan berdampak pada fasilitas kesehatan.
Adapun Kementerian Pendidikan dan Sains Ukraina mendata, lebih dari 500 fasilitas pendidikan mengalami kerusakan akibat serangan militer Rusia tersebut.
"Infrastruktur penting tempat anak-anak bergantung, termasuk rumah sakit, sekolah, dan bangunan yang melindungi warga sipil, tidak boleh diserang," tegas Russel.
Selain itu, sekitar 1,4 juta orang sekarang tak memiliki akses air bersih, 4,6 juta orang memiliki akses air yang terbatas, dan lebih dari 450.000 bayi berusia 6-23 bulan membutuhkan dukungan makanan pendamping.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), satu dari tiga orang yang terlantar secara internal mengalami perburukan kesehatan. Wabah penyakit pun berpeluang meningkat.
"Anak-anak sangat membutuhkan perdamaian dan perlindungan. Mereka membutuhkan hak-hak mereka," lanjutnya. Karenanya, diharapkan segera terjadi gencatan senjata dan perlindungan lebih maksimal untuk anak-anak.