Direktur Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Febrian Alphyanto Ruddyard menyerahkan sertifikat asli warisan dunia Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto dari UNESCO kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
"Ini merupakan kebanggaan bagi kita semua, bagi seluruh Indonesia. Prosesnya tidak pendek dan tidak mudah," jelas Febrian di Menteng, Jakarta, pada Senin (16/9).
Febrian mengatakan bahwa pengakuan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto sebagai warisan dunia merupakan wujud nyata dari diplomasi kebudayaan Indonesia.
"Diplomasi kebudayaan berbicara mengenai bagaimana budaya kita dapat dipegang oleh berbagai generasi dan selalu relevan dengan perkembangan zaman," jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menuturkan bahwa sertifikat asli dari UNESCO itu akan disimpan di Gedung Arsip Nasional.
"Nanti, Mendikbud Muhadjir Effendy akan ke Sawahlunto untuk menyerahkan salinan sertifikat itu ke pemerintah kota dan pemerintah provinsi di sana," kata Hilmar.
Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto di Sumatera Barat ditetapkan sebagai warisan dunia pada sidang ke-32 Sidang Komite Warisan Dunia yang berlangsung di Azerbaijan pada 30 Juni-10 Juli 2019.
Kemudian pada 27 Agustus, Duta Besar RI untuk Prancis yang merangkap sebagai Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Arrmanatha Nasir telah menyerahkan sertifikat asli kepada Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Dianggap sebagai salah satu wujud keberhasilan diplomasi kebudayaan, Febrian berharap situs Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto dapat menjadi aset yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai bangsa inovatif.
Tambang Baru Bara Ombilin Sawahlunto dipandang pantas menjadi warisan dunia karena konsep tiga serangkai yang dicetuskan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Konsep itu meliputi industri pertambangan batu bara Ombilin di Sawahlunto, sistem transportasi kereta api melalui wilayah Sumatra Barat dan sistem penyimpanan Silo Gunung di Pelabuhan Emmahaven atau yang sekarang disebut Teluk Bayur.
"Jadi tambang itu memandukan teknologi ilmu pertambangan dengan kearifan lokal pada saat itu. Mereka tidak hanya membuat suatu tambang batu bara, tetapi membentuk ekosistem yang mencakup sejumlah fasilitas," jelas Febrian.
Dia menyatakan bahwa Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto merupakan peninggalan luar biasa yang perlu dilestarikan.
"Ini sebenarnya produk budaya Indonesia yang berakulturasi dengan budaya kolonial," jelas dia.
Febrian menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia telah mempersiapkan pengajuan nominasi situs Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto menjadi warisan dunia sejak 2001. Setelah itu pada 2002-2014 dilakukan kegiatan inventarisasi, pendataan, konsultasi serta pendokumentasian situs tersebut.
Pada 2015, lanjut dia, diadakan evaluasi rencana pengajuan Sawahlunto menjadi warisan dunia dengan mencantumkannnya pada daftar sementara milik UNESCO.
Febrian menjelaskan, hingga saat ini, Indonesia telah memiliki total sembilan warisan dunia di antaranya merupakan Kompleks Candi Borobudur, Kompleks Candi Prambanan dan Situs Manusia Purba Sangiran.
"Kemlu RI terus dorong diplomasi kebudayaan Indonesia di UNESCO untuk perlindungan warisan budaya Indonesia sekaligus melestarikannya sesuai ketentuan UNESCO dan dalam negeri," tegas Febrian.