Pemerintah Kuba mengubah sikapnya terhadap kebijakan pembatasan barang bawaan warga dari luar negeri masuk ke Negara tersebut. Setelah protes dari berbagai penjuru, Negeri Fidel Castro ini juga lebih lunak terhadap demonstran.
Semula, Pemerintah menerapkan pembatasan terhadap barang makanan, obat-obatan dan produk lain dari luar negeri. Barang-barang itu pun dikenakan biaya bea cukai.
Protes besar pun terjadi di Kepulauan Terbesar di Karibia dengan 11 juta penduduk itu. Pemerintah menanganinya dengan keras. 1 orang tewas dalam demonstrasi yang pecah sejak Ahad lalu. Aksi yang menurut pakar Kuba adalah yang terbesar sejak 1994.
Kubu dilanda kesulitan ekonomi dan kelangkaan bahan makanan, menyusul krisis di masa pandemi. Ini membuat orang Kuba mengimpor berbagai kebutuhan pokok untuk mereka jual kembali. Mereka menyebut praktik ini dengan istilah 'mula'. Sementara di Kuba, toko-toko adalah milik pemerintah.
Banyak orang Amerika Kuba juga menggunakan "mula" untuk mengirim uang dan kebutuhan dasar lainnya kepada keluarga mereka. Mereka yang di luar negeri ini telah menyerukan agar pemerintah menerima bantuan kemanusiaan untuk meringankan krisis ekonomi yang diperburuk oleh pandemi.
Pemerintah telah membatasi jumlah penerbangan ke pulau itu karena pandemi virus corona. Sementara, mereka harus menghadapi protes di seluruh pulau yang dipicu oleh krisis ekonomi yang parah dan kelangkaan makanan, obat-obatan dan barang-barang pokok. Ini diperburuk dengan rekor jumlah harian kasus COVID yang melampaui 6.000 pada hari Rabu.
Hal itu membuat Pemerintah Kuba mengubah pendekatannya dari yang semula agresif, menjadi sedikit lembut. Mulanya pemimpin Kuba Miguel Díaz-Canel, bereaksi keras terhadap protes dengan menyerukan semangat komunisme untuk menghadapi para demonstran dengan cara apapun.
Dia dan pejabat Kuba lainnya menyebut para demonstran sebagai "tentara bayaran" dan menuduh pemerintah AS mendalangi dan membiayai pemberontakan. Menteri luar negeri, Bruno Rodriguez, bahkan mengeluarkan ancaman terselubung terhadap Amerika Serikat, dengan mengatakan hal tersebut akan mendatangkan eksodus baru migran Kuba ke Amerika.
Setelah kritik luas terhadap respon polisi yang kejam terhadap para demonstran, termasuk dari beberapa artis berbasis pulau seperti band legendaris Los Van Van, dan komunitas internasional, Díaz-Canel mencoba lebih sejuk.
Pemimpin Kuba itu mengatakan pemerintah perlu menganalisis secara kritis "gangguan" itu agar tidak terulang. Dia mengatakan ada "tentara bayaran" dan "nakal" dalam demonstrasi tetapi juga orang-orang yang murni bergerak karena ketidakpuasan karena hal yang belum ditangani secara memadai oleh lembaga-lembaga negara.
Dia mengatakan akan menyerukan pekerjaan sosial yang lebih mendalam berdasarkan konsiliasi dan komitmen untuk mengatasi permasalahan dan memperhatikan warga yang rentan terimbas krisis.
Namun dia juga membantah ada represi terhadap demonstran damai dan membela tindakan polisi dan kontra demonstran pro pemerintah. Dia mengatakan mereka yang memprotes digerakkan oleh kebencian dan berperilaku seperti "biadab," sambil menunjukkan gambar orang-orang yang menjarah toko pemerintah. Dan dia bersikeras embargo AS adalah alasan utama kelangkaan yang dia akui memicu protes.
Díaz-Canel mengatakan dia tidak bisa mengatakan berapa banyak orang yang terluka dalam "kekacauan" itu tetapi mengatakan sebagian besar di antara mereka yang ingin menjaga ketertiban. Dia juga mengatakan mereka yang melakukan kejahatan akan diadili dengan berat.( Sumber: Miamiherald)