Korban tewas akibat serangan bom di luar sebuah sekolah di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, telah meningkat menjadi 68 orang. Kabar itu disampaikan oleh para pejabat pada Minggu (9/5).
Sementara itu, sedikitnya 165 korban terluka akibat ledakan tersebut.
Ledakan yang terjadi pada Sabtu (8/5) malam waktu setempat mengguncang lingkungan Dasht-e-Barchi, rumah bagi komunitas besar Syiah dari etnis minoritas Hazara yang dulu menjadi sasaran serangan dari ISIS.
Sebuah bom mobil diledakkan di depan sekolah Sayed Al-Shuhada dan dua bom lagi meledak ketika para siswa bergegas keluar karena panik.
Para pejabat mengatakan, sebagian besar dari mereka yang tewas adalah siswi. Sejumlah keluarga bergegas ke rumah sakit untuk mencari anak-anak mereka.
"Ledakan pertama sangat kuat dan terjadi begitu dekat dengan anak-anak itu sehingga beberapa dari mereka tidak dapat ditemukan," kata seorang pejabat Afghanistan yang tidak mau disebutkan namanya.
Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa semua kecuali tujuh atau delapan korban adalah siswi. Pada Minggu, warga sipil dan polisi mengumpulkan buku dan tas sekolah yang berserakan di jalan berlumuran darah.
Presiden Ashraf Ghani pada Sabtu menyalahkan gerilyawan Taliban, tetapi juru bicara kelompok itu membantah terlibat dan mengutuk setiap serangan terhadap warga sipil Afghanistan.
Paus Fransiskus menyebut serangan itu sebagai tindakan tidak manusiawi dalam sambutannya kepada rakyat yang berkumpul di St. Peter's Square di Vatikan pada Minggu.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengutuk serangan itu dan mengungkapkan simpati terdalamnya kepada keluarga para korban dan kepada pemerintah serta rakyat Afghanistan.
Keluarga para korban menyalahkan pemerintah dan kekuatan Barat karena gagal mengakhiri kekerasan dan perang yang sedang berlangsung.
Keamanan diintensifkan di seluruh Kabul setelah serangan itu tetapi pihak berwenang mengatakan mereka tidak akan dapat menjamin keamanan bagi seluruh sekolah, masjid, dan tempat umum lainnya.
Konflik berkecamuk di Afghanistan, dengan pasukan keamanan dalam pertempuran setiap hari dengan Taliban, yang telah berperang untuk menggulingkan pemerintah yang didukung pihak asing sejak mereka digulingkan dari kekuasaan di Kabul pada 2001.
Penarikan pasukan asing telah menyebabkan gelombang pertempuran antara pasukan keamanan Afghanistan dan gerilyawan Taliban.
*Respons Indonesia
Menanggapi serangan bom terhadap Sekolah Sayed Al-Shuhada, Kementerian Luar Negeri RI mengeluarkan pernyataan pada Minggu malam.
"Indonesia mengutuk serangan brutal yang menyaras Sekolah Sayed Al-Shuhada, Afghanistan, yang telah menyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan luka-luka, termasuk murid perempuan yang tidak berdosa," tutur Kemlu RI melalui Twitter.
Lebih lanjut, Indonesia menyampaikan dukacita dan simpati yang mendalam terhadap keluarga korban dan seluruh rakyat Afghanistan.
"Indonesia akan terus mendukung upaya memerangi terorisme dan mewujudkan perdamaian yang lestari di Afghanistan," jelas pernyataan Kemlu RI lebih lanjut.